Maesaroh yang sehari-hari bekerja sebagai buruh masak itu hanya dapat duduk dan terbaring lemas di rumah kontrakannya seluas 4 x 2 meter di Gang Ayamah, RT 013 RW 002, Batu Ampar, Kramatjati, Jakarta Timur. "Sekarang sulit buang air karena tidak bisa jongkok lantaran perut sudah besar sekali," kata Maesaroh, Kamis (23/4). Maesaroh kini menggantungkan hidup kepada empat anaknya.
Novi (24), salah seorang anak Maesaroh, mengatakan, pengobatan di rumah sakit dijalani ibunya sejak pertengahan 2014. Saat itu, perut Maesaroh sudah membengkak. Namun, usaha itu gagal karena Maesaroh selalu ditolak rumah sakit.
Tiga tahun lalu, bidan mendiagnosis ada mioma (tumor jinak) di perutnya. Maesaroh pasrah menerima diagnosis itu dengan harapan mioma di perutnya dapat hilang. Namun, perut Maesaroh terus membengkak. Desember 2014 lalu, Novi mencoba membawa ibunya berobat ke RS Pasar Rebo dengan menggunakan Kartu Jakarta Sehat (KJS) berdasarkan rujukan dari puskesmas setempat
"Pengobatan di RS Pasar Rebo tak berlanjut karena rontgen BNO di rumah sakit itu rusak. Akhirnya, ibu saya dirujuk ke RS Budhi Asih," kata Novi.
Di RS Budhi Asih pun, Maesaroh tetap mengalami kendala. "Pihak rumah sakit menjelaskan, rontgen BNO tak ditanggung KJS. Kami diharuskan membayar Rp 1,8 juta," kata Novi.
RS Budhi Asih kemudian merujuk Maesaroh ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Di RSCM, Maesaroh kembali diminta untuk membayar pemeriksaan dengan rontgen BNO. Bahkan, biaya yang diminta lebih besar, yakni Rp 2,8 juta.
Karena perut Maesaroh kian membengkak, Novi kembali berusaha membawa ibunya berobat ke RS Polri Kramatjati. Di sana, ia dirawat seminggu dan transfusi darah, tetapi tak efektif karena tak tersedia rontgen BNO.
Kepala Humas RSUP Dr Cipto Mangunkusumo Sulastin mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah rontgen BNO ditanggung KJS/BPJS.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Iwan Kurniawan mengatakan, pihaknya akan memeriksa kesehatan Maesaroh. Maesaroh sudah dijemput tenaga medis dan dibawa ke RS Budhi Asih. Biaya ditanggung pemerintah. (ART/MDN)
-----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Jumat, 24 April 2015, dengan judul "Penderita Kanker Diabaikan 4 RS".