Hal itu karena pihaknya khawatir dianggap melanggar hak asasi manusia (HAM) saat melakukan pengawasan lewat razia identitas.
"Sulit buat kita untul mengontrol hal itu. Kecuali dia tertangkap tangan," kata Evans kepada Kompas.com, Jakarta, Minggu (26/4/2015).
Apalagi, kata Evans, sebagian unit di Apartemen Kalibata City sudah menjadi hak milik pribadi. Maka dari itu, jika ingin melakukan razia, ia memerlukan dukungan dari aparat yang berwenang. "Harus hati-hati benar. Kami tetap akan kerja sama dengan pihak kepolisian," ucap Evans.
Program razia itu akan dibuat untuk menekan angka kerawanan sosial yang kerap kali terjadi di Apartemen Kalibata City. Sehingga nantinya penghuni akan lebih nyaman dan aman.
Pihaknya terbuka untuk melakukan pengumpulan tanda tangan berupa pernyataan terhadap penghuni yang dinilai melanggar aturan. "Misal kumpulin tanda tangan 200 orang, lapor ke kita, buat pernyataan. Nanti kita bisa ambil tindakan," kata Evans.
Untuk mendukung terciptanya kondisi kondusif tersebut, pihak pengelola juga kerap kali bertemu dengan agen properti yang menyewakan unitnya di Apartemen Kalibata City. Salah satunya lewat pendataan ulang para penghuni.
"Kalau kejadian kayak kemarin mempengaruhi harga sewa, nah mereka biasanya akan kerjasama dengan kita untuk lakukan pendataan ulang," ungkap Evans.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.