"Enggak Betawi banget! Saya yang orang Betawi dan mempelajari Betawi selama 15 tahun lebih merasa tidak kenal sekaligus aneh sambil bertanya-tanya. Itu bangunan Betawi dari planet mana ya, Uranus, Neptunus, atau Mars?" kata JJ Rizal kepada Kompas.com, Selasa (28/4/2015).
JJ Rizal yang berniat maju sebagai calon wali kota Depok itu mengatakan bahwa arsitektur yang digunakan melenceng dari konsep pertunjukan kesenian Betawi. Proyek raksasa dengan dana Rp 120 miliar itu, kata dia, tidak diniatkan untuk menghidupkan Betawi, tetapi justru malah membunuh karakter budaya Betawi.
"Ini pembunuhan karakter budaya Betawi, khususnya dalam menerapkan konsep panggung teater yang menggunakan amfiteater atau pilar raksasa model dorik gitu. Yang sekarang ini, ngawur abis alias teasing dari sejarah tradisi budaya arsitektur Betawi yang historis," ujarnya.
Dua bangunan utama yang dimaksud JJ Rizal merupakan gedung museum dan gedung serbaguna di Zona A PBB. Gedung museum merupakan bangunan modern dua lantai bertembok putih dan berbentuk seperempat lingkaran, sedangkan bangunan gedung serbaguna berbentuk balairung beratap kerucut. Bangunan yang baru rampung 70 persen itu disiapkan sebagai panggung teater tertutup berkapasitas 500 penonton.
Dihubungi terpisah, pengelola PBB Zona Embrio, Indra, mengatakan bahwa bangunan di Zona A tidak merepresentasikan adat Betawi. Menurut dia, bangunan gedung serbaguna itu memang khusus dibangun untuk mencegah terjadinya pembatalan pertunjukan karena gangguan cuaca.
Selain itu, Indra menjelaskan bahwa di Zona A tetap ada bangunan dan panggung yang tetap mengusung konsep budaya Betawi, khususnya panggung terbuka di Zona A dan Zona Embrio.
"Kan ada bangunan teater yang tidak bersekat di Zona A. Tidak ada sekat antara penonton dan pementas. Di Zona Embrio juga begitu, tetap ada panggung terbuka. Kalau gedung serbaguna itu dibangun supaya saat ada pertunjukan tidak terkendala panas atau hujan," katanya.
Terlepas dari itu, Indra juga mengklaim bahwa proses pembangunan gedung juga sudah diketahui dan persetujuan dari pihak Badan Musyawarah (Bamus) Betawi. Namun, lanjut Indra, pihak Bamus hanya dilibatkan sebatas pemberi usulan saja.
"Kita (Bamus) juga dilibatkan saat masih dalam proses usulan dan konsep pembangunan gedung, tetapi memang kapasitasnya hanya sebatas pemberi usulan. Eksekutornya tetap dari pihak SKPD," tuturnya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama sebelumnya menyoroti sejumlah fasilitas bangunan yang rusak saat blusukan ke kawasan tersebut beberapa waktu lalu, mulai dari kayu lantai yang retak, kolam yang berjamur, hingga atap kaca kanopi yang merembes karena lemnya kurang merekat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.