Pemilik pabrik, HD (30), menjelaskan bahwa pabrik kerupuk jengkol itu sudah ada sejak delapan tahun yang lalu. Sehari-harinya, kerupuk jengkol diproduksi dengan bahan dasar utama jengkol, sagu, pewarna, dan bleng warna kuning.
Bleng merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Namun, HD memastikan bahwa produknya tidak menggunakan pengawet sama sekali.
"Kita enggak pakai pengawet. Dari dulu begini-begini saja produksinya. Enggak ada tambahan ini itu," tutur HD, Rabu (6/5/2015).
Meski demikian, saat Kompas.com coba memegang kerupuk jengkol yang sudah jadi, ada kesan lain.
Dengan dipegang saja, terlihat ada noda atau bercak kuning yang menempel di tangan meski kerupuk tersebut tidak ditekan atau diusap sama sekali.
Untuk menghilangkan noda kuning itu, Kompas.com harus mencuci tangan lebih dari dua kali sampai bisa benar-benar bersih.
Bau yang muncul saat dihirup memang berbau jengkol dan minyak seperti makanan yang baru saja selesai digoreng pada umumnya. Ketika kerupuk itu dimakan pun, rasanya tidak ada yang aneh. Hanya saja, kerupuk tersebut terasa cukup gurih dan garing.
Lurah Cengkareng Barat Imbang Santoso mengaku dapat laporan dari warga bahwa pabrik milik Hendra menggunakan boraks untuk membuat kerupuk jengkol.
Imbang yang baru saja melakukan pendataan bersama jajarannya pagi ini menemukan beberapa plastik berisi bleng, tawas, pewarna, dan pemanis buatan.
Semua temuan itu diambil sampelnya dan dibawa ke Kecamatan Cengkareng. Nantinya, pihak kecamatan akan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk meneliti lebih lanjut terkait kandungan dari sampel-sampel tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.