Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organda dan APTB Bantah Keterangan Ahok

Kompas.com - 07/05/2015, 13:34 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak Organda DKI dan operator APTB mengklaim bahwa mereka selama ini tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan penentuan tarif rupiah per kilometer oleh Pemprov DKI Jakarta. Organda DKI dan APTB menyanggah pemberitaan dari pihak Pemprov DKI bahwa sudah ada negosiasi bahwa Organda dan APTB tidak menyepakati soal ketentuan tarif rupiah per kilometer.

"Kami sampaikan bahwa sampai Selasa kemarin, operator APTB belum pernah diajak diskusi tarif. Oleh karena itu, apa yang disampaikan di media massa kami klaim itu tidak pada tempatnya," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah Organda Provinsi DKI Jakarta Safruhan Sinungan, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (7/5/2015).

Hal ini disampaikan Safruhan dalam jumpa pers bersama beberapa operator APTB, seperti Perum PPD, Bianglala Metropolitan, Hiba Utama, Sinar Jaya, Agra Mas, dan Mayasari Bakti. Menurut Safruhan, pihaknya kaget tiba-tiba muncul berita bahwa Organda dan APTB tidak sepakat soal perhitungan tarif.

"Belum ada negosiasi, katakanlah lelang tarif. Ini yang perlu kami luruskan. Makanya kami kaget, kok sudah dianggap tidak ketemu perhitungan antara Organda dan Transjakarta," ujar Safruhan.

Sementara masalah ini belum selesai, pada 6 April 2015 lalu, dia melanjutkan, pihak Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI mengeluarkan dua opsi bagi para operator APTB. Opsi pertama, APTB dapat masuk busway atau jalur transjakarta dan mengangkut penumpang dari busway, tetapi tidak boleh memungut biaya. Kemudian, Pemprov DKI juga tidak membayar rupiah per kilometer. Pada opsi kedua, APTB hanya boleh beroperasi sampai dengan perbatasan jalur terakhir koridor busway.

Menurut Safruhan, munculnya dua opsi mendadak ini lantas membuat Organda dan operator APTB kebingungan. "Pada saat tersebut, Organda dan semua operator APTB bingung, kenapa hanya dua opsi, kenapa tidak ada opsi dua, tiga, dan empat," ujarnya.

Dua opsi tersebut, lanjutnya, membuat Organda dan operator APTB menjadi galau. Padahal, menurut dia, para operator APTB selama ini sudah membantu mendukung Pemprov DKI dalam layanan transportasi bagi masyarakat di kota penyangga yang hendak menuju Ibu Kota. Menurut dia, ini bukan soal harga yang diminta oleh pihak operator.

Safruhan meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mau duduk bersama menyelesaikan masalah tersebut. "Kami berharap mau duduk satu meja sama Pak Gubernur dan Dewan Transportasi Kota Jakarta," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com