Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Akui Gerah dengan Tipu Muslihat Sopan Santun Pejabat DKI

Kompas.com - 12/05/2015, 15:32 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wajah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama seketika memerah ketika menceritakan kelakuan para anak buahnya yang lambat dalam bekerja. Di depan direksi dan pemegang saham PT Aetra Air Jakarta, Basuki mengaku kesal karena selama ini pejabat DKI kerap mencari alasan ketika tidak mampu melaksanakan instruksinya.

Hal yang lebih membuat Basuki kesal karena para pejabat itu menolak secara halus permintaan Basuki. "Luar biasa santunnya mereka (pejabat DKI). Iya santun, tapi enggak pernah dikerjain (program)," kata Basuki, di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulogadung, Selasa (12/5/2015).

Salah satu pejabat DKI tersebut, misalnya, mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Ery Basworo. Ery dinilai tidak melakukan instruksi gubernur terkait penanggulangan banjir. Saat Basuki masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI, ia menginstruksikan adanya penguatan serta peninggian dinding turap (sheetpile), tetapi instruksinya tidak pernah dikerjakan.

"Saya tanya kenapa sheetpile enggak beres, enggak ditinggiin? Dia bilang, 'Sheetpile-nya masih kurang 30 meter lagi, tahun depan selesai'. Saya urut dada saja, sabar," kata Basuki.

Ia kembali mempertanyakan perbaikan sheetpile pada tahun berikutnya. Namun, pejabat itu kembali mencari alasan lain untuk tidak melaksanakan instruksinya. Pejabat itu beralasan banjir masih terjadi karena ada jembatan yang terbangun kurang tinggi dan air masih meluap.

"Ini ada-ada saja. Mau saya tempeleng, nanti malah menyalahi HAM, tapi jawabannya sangat luar biasa santunnya," kata mantan Bupati Belitung Timur itu. 

Tak hanya permasalahan penguatan sheetpile, pompa air masih banyak yang tidak berfungsi optimal. Kemudian, Basuki menanyakan anggaran yang dibutuhkan untuk meninggikan gardu pompa kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait. Awalnya, anak buahnya menyebut hanya membutuhkan anggaran Rp 2 miliar.

"Eh, dia datang lagi dan bilang, 'Maaf, Pak, ternyata butuhnya Rp 7 miliar'. Ya sudah saya cari CSR, Tahir dari Mayapada, saya minta untuk sumbang, 'Dia bilang, enggak apa-apa, kami sumbang Rp 7 miliar'. Eh, ternyata (pejabat DKI) datang lagi ke saya dan ternyata butuh Rp 21 miliar untuk meninggikan gardu pompa. Intinya pompa enggak aman," kata Basuki. 

"Nanti kalau banjir, saya disuruh cepat-cepat tetapkan status Siaga Darurat, saya enggak mau karena harus keluar Rp 56 miliar. Kalau hujan ada genangan, sehari surut ini banjirnya, emang gue pikirin. Emang otaknya pejabat masih banyak yang otak proyek," pungkas Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com