Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Telantarkan Anak Mengaku Titisan Pangeran Samber Nyawa dan Ratu Tribuana

Kompas.com - 22/05/2015, 14:09 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ayah dari bocah yang menelantarkan lima anaknya berteriak "Jayalah Majapahit" seusai menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat (22/5/2015). Menurut pengacara T dan N, Handika Honggowongso, T meyakini istrinya memiliki kaitan dengan Kerajaan Majapahit.

"Dia meyakini istrinya adalah titisan Tribuana Tungga Dewi, raja Majapahit yang ketiga," kata Handika di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat (22/5/2015).

Tribuana Tungga Dewi (Tribhuwana Wijayatungga Dewi) adalah ratu Kerajaan Majapahit yang berkuasa hingga pertengahan abad ke-13. Handika menuturkan, keyakinan T itu berasal dari bisikan.

"Keyakinan dia itu diperoleh dari semacam bisikan gaib, yang membimbing dia melakukan ritual secara keislaman dan kejawen, sudah hampir enam bulan," ujar Handika.

Menurut Handika, keyakinan T itu juga didasari oleh pengalaman yang dialami oleh N. "Dia (N) menceritakan banyak kejadian aneh yang dia alami selama enam bulan belakangan. Seperti ketika marah, ubinnya retak, ketika marah, gentengnya.... (tidak dilanjutkan). Di beberapa tempat. Itu salah satu kejadiannya," ujar Handika.

Sementara T, lanjut Handika, memberikan pengakuan sebagai keturunan pangeran. T menyebut dia adalah keturunan Pangeran Samber Nyawa. Berdasarkan informasi, itu adalah julukan bagi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, pendiri Praja Mangkunegaran di Surakarta sekitar abad ke-17 silam.

Julukan Samber Nyawa diberikan pemerintah kolonial Belanda kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I karena kerap membawa kematian bagi musuhnya.

Menurut Handika, T berasal dari keluarga berada. T, kata dia, pengusaha yang menjalankan bisnis distribusi BBM ke perusahaan tambang besar di Indonesia.

"Mas T bukan dari keluarga yang kurang mampu, bapak ibunya kaya, dia dari keluarga terhormat," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Megapolitan
Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com