Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Muhammad Nasyir mengatakan bahwa bila dibandingkan tanah yang ada di Singapura dan Kuala Lumpur, tanah di Jakarta lebih mudah untuk digali. Sebab, di kedua kota di negara tetangga itu, kata dia, tidak jarang proses penggalian tanah terhambat karena keberadaan batu-batu besar.
"Tanah di Jakarta tidak banyak batu seperti di Singapura dan Kuala Lumpur," ujar Nasyir.
Atas dasar itu, Nasyir menilai kendala yang terjadi pada pembangunan MRT di Jakarta bukan terletak pada aspek teknis maupun geografis, tetapi lebih pada aspek sosial. Ia kemudian mencontohkan belum tuntasnya proses pembebasan lahan di sejumlah lokasi di sepanjang pembangunan MRT fase satu, Lebak Bulus-Bundaran HI.
"Kendala utama pembebasan tanah. Sampai saat ini belum tahu 100 persen selesai. Saat ini kita bekerja di titik-titik yang pembebasannya sudah selesai," ujar dia.
Jalur MRT Jakarta fase pertama akan membentang sejauh 15 kilometer dari Bundaran HI hingga Lebak Bulus. Jalur ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2017. Akan ada 13 stasiun yang nantinya akan melayani warga di sepanjang jalur ini. Enam stasiun berada di bawah tanah, sedangkan tujuh lainnya berada di atas jalur layang.