"Anak saya sudah enggak bisa dengar itu, enggak bisa sembuh lagi. Saya takutnya jadi cacat permanen nanti, biayanya sudah habis Rp 30 juta," kata Esrina Pangaribuan, ibu Hermansyah, Selasa (16/6/2015).
Selain kesulitan mendengar, Hermansyah juga mendapat sejumlah jahitan di kepalanya. Hal ini menyebabkan Hermansyah yang adalah teknisi di salah satu perusahaan kesulitan untuk bekerja.
"Bisa lihat sendiri kondisi anak saya itu. Dia baru bisa masuk kerja lagi hari ini, kemarin-kemarin masih nge-drop kondisinya," ujar Esrina.
Hermansyah menjadi korban pemukulan oleh sekuriti di gerejanya pada 15 Maret 2015 jam 18.00 WIB. Saat itu, Hermansyah hendak menjemput Esrina namun dihalangi oleh sekuriti tersebut.
Menurut sekuriti, Hermansyah salah jalan. Tidak lama, mereka berselisih paham lalu terlibat baku hantam. Esrina kemudian mendapati anaknya dalam kondisi babak belur.
Kasus ini telah dilaporkan Esrina ke Polsek Serpong. Namun, Esrina mengaku tidak puas dengan pelayanan Polsek Serpong karena pelaku yang telah ditahan akhirnya ditangguhkan oleh seorang polisi, Brimob M, yang disebut masih ada hubungan saudara dengan pelaku.
Selain itu, Esrina juga merasa dipermainkan karena polisi terlihat enggan mengurus kasus yang dia laporkan. Siang ini, Esrina juga akan menemui Kapolsek Metro Serpong Komisaris Silvester Marusaha untuk mengadu.
Sebelumnya, Esrina ke Mabes Polri mengungkapkan kekecewaannya. Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengaku akan membantu Esrina untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Jika ditemukan ada penyidik yang main-main, Polri bakal memberi sanksi tegas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.