Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angin Baru Pembangunan Transportasi ...

Kompas.com - 24/06/2015, 00:35 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta kini kian riuh dengan kesibukan pembangunan jaringan transportasi massal. Integrasi antarmoda bukan lagi sekadar wacana, melainkan mulai direalisaikan. Namun, sampai saat ini, wujud integrasi itu jauh dari sempurna, terlebih dengan angkutan reguler. Nasib angkutan reguler pun justru makin tak jelas.

Selain proyek mass rapid transit (MRT), ada pembangunan jalur layang transjakarta Koridor XIII Ciledug-Blok M yang tengah dikebut pembangunannya. Kerja sama yang baik dengan Kota Tangerang menghasilkan terobosan berupa perpanjangan jalur transjakarta Koridor XIII hingga masuk ke dalam salah satu kawasan mitra Jakarta itu.

Rencana pembangunan light rail transit (LRT) Kelapa Gading-Kebayoran Lama makin membubungkan harapan warga yang ingin segera ada solusi mengatasi masalah kemacetan. Bahkan, LRT dinyatakan tidak hanya akan dibangun di beberapa kawasan di Jakarta, tetapi juga di kawasan mitra, seperti Bogor dan Bekasi.

Akan tetapi, di balik percepatan pembangunan angkutan massal itu, sehari-harinya kini masyarakat tetap menghadapi problem klasik pelayanan angkutan umum. Rencana penataan angkutan reguler masih jauh dari harapan terealisasi. Integrasi angkutan reguler dengan angkutan massal yang sudah ada pun terus gagal.

Maju mundur

Dari catatan Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, penggunaan kendaraan umum untuk komuter Jabodetabek hanya 23-30 persen dari total perjalanan dan selebihnya dilayani kendaraan pribadi, terutama sepeda motor.

Persiapan untuk mengintegrasikan berbagai moda angkutan sudah dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Awal Januari 2015, tim revitalisasi angkutan umum yang dikoordinasikan oleh Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta berencana menguji coba penyatuan operasi Kopaja jurusan Blok M-Manggarai dalam pengelolaan PT Transportasi Jakarta (PT Transjakarta). Pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer.

Tim terdiri dari wakil Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda), konsultan dari Indonesia Infrastructure Initiative (IndII), dan PT Transjakarta memutuskan rencana uji coba di jalur Kopaja S66 jurusan Blok M-Manggarai.

Ketika itu, Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Benjamin Bukit memperkirakan, tim selesai merumuskan pola kerja sama operasi akhir Maret 2015. "Satu rute uji coba cukup. Jika berhasil diperluas di rute lain," ujarnya.

Alih-alih terwujud, sampai pertengahan Juni 2015, uji coba tak jelas realisasinya. Tarik ulur kepentingan menjadi penghambat utama penyatuan pengelolaan. Apalagi armada angkutan reguler umumnya dimiliki oleh pribadi dan kelompok.

Kebijakan terkait angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB) juga maju- mundur. Operasi bus sempat diwacanakan dibatasi hingga perbatasan antarkota saja. Namun, larangan itu tak dijalankan. Di lapangan, APTB membantu komuter dari sejumlah kota untuk mencapai Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berulang-ulang menyatakan kekecewaannya terhadap kerja Dinas Perhubungan. Penyatuan sistem tiket dan tarif juga tetap tidak jelas.

Direktur Utama PT Transjakarta ANS Kosasih mengatakan, pihaknya menyiapkan kartu baru yang bisa digunakan juga untuk moda angkutan lain seperti KRL. "Kami masih membahas rencana ini bersama PT KAI Commuter Jabodetabek selaku operator KRL dan Bank Indonesia," ujarnya.

Terkait integrasi fisik, Kosasih mengatakan, pihaknya akan memperbaiki jalur pejalan kaki dari halte transjakarta ke stasiun. Sementara ini, tiga tempat yang akan dibenahi adalah Cawang, Juanda, dan Sudirman.

Tanpa pernah tahu kejelasan penanganan kemacetan di Jakarta, kaum komuter yang tinggal di kawasan mitra dan bekerja di Jakarta terus dihantui masalah transportasi. Tidak mengherankan, Agus (33), warga Perumnas III Kota Bekasi, tetap memilih melewatkan waktu dua jam bersepeda motor setiap hari menuju Gambir, Jakarta Pusat. Fisik yang kelelahan dan tingkat keamanan ataupun kenyamanan yang kurang terjamin menjadi risiko Agus dan jutaan komuter lainnya. (MKN/BRO/ILO/ART/PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com