Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Kaget, Menarik meski Memicu Kemacetan

Kompas.com - 24/06/2015, 14:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Pasar kaget menjadi salah satu tempat favorit warga Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada bulan puasa. Pasar non-permanen yang hanya buka pada masa Ramadhan ini menarik karena harganya miring dan barangnya beragam.

Namun, keberadaan pasar ini kerap mengganggu arus lalu lintas. Para penjual menggelar dagangan hingga ke badan jalan.

Pasar dadakan sudah mentradisi pada bulan puasa di Ibu Kota. Bermula dari kumpulan penjual makanan untuk berbuka puasa yang berjualan di pinggir jalan, kemudian berkembang menjadi event tetap selama bulan puasa. Pedagang yang berjualan di pasar ini ada yang memang sehari-hari bekerja sebagai pedagang, tetapi ada juga yang hanya pedagang sementara selama bulan puasa.

Jam operasi pasar ini sore sampai malam hari. Biasanya, pasar kaget berlokasi di pinggir jalan raya, di depan pasar permanen, di depan masjid, di depan kawasan perkantoran, atau di dalam gang di lingkungan permukiman.

Minat warga Jakarta untuk mengunjungi pasar kaget cukup tinggi. Tiga dari lima responden menyatakan pernah berkunjung ke pasar dadakan ini. Sebagian responden yang pernah datang ke pasar dadakan tersebut mengaku menjadi pengunjung setia, dengan frekuensi kunjungan lebih dari lima kali. Sebagian lainnya menyatakan hanya sesekali mengunjungi pasar.

Irwan (36), responden yang tinggal di Jakarta Timur, mengaku hampir setiap sore mengunjungi pasar kaget di dekat rumahnya di kawasan Bambu Apus. "Saya biasanya membeli makanan untuk anak saya, seperti kue dan jagung," kata wiraswasta ini.

Jumlah pasar khusus yang muncul pada bulan puasa cukup banyak dan tersebar di seluruh kawasan Jakarta. Salah satu pasar kaget yang populer dan ramai dikunjungi warga Jakarta adalah pasar Bendungan Hilir (Benhil) dan pasar Kramat di Jakarta Pusat. Pasar kaget Benhil berlokasi di depan pasar permanen Benhil. Pasar yang buka selama bulan Ramadhan tersebut sudah beroperasi selama 10 tahun yang dikelola Front Peduli Bend-Hill (FPB). Pasar ini khusus menjual hidangan berbuka puasa dari sejumlah daerah di Indonesia.

Pasar kaget Kramat terdapat di sekitar Jalan Kramat Raya. Tempat ini terkenal dengan masakan khas Minang yang konon sudah muncul sejak 1950-an. Di tempat ini dijual aneka makanan khas berbuka puasa, seperti lemang tapai.

Sekitar 60 persen peserta jajak pendapat umumnya membeli makanan di tempat-tempat seperti ini. Latifa (43), warga Jakarta Selatan, menyebutkan hanya membeli kolak atau makanan berbuka puasa lainnya saat berkunjung ke pasar kaget. Makanan-minuman tersebut dibeli untuk hidangan berbuka puasa keluarganya.

Padahal, sebenarnya bukan hanya makanan yang dijual di pasar kaget. Belakangan, barang lain seperti pakaian, sepatu, aksesori, dan peralatan elektronik juga mulai diperdagangkan. Satu dari lima peserta jajak pendapat pernah membeli pakaian dan aksesorinya. Ada juga sekelompok warga Ibu Kota yang berbelanja barang elektronik.

Tingginya animo masyarakat untuk bertandang ke pasar jenis ini karena barang yang diperdagangkan cukup menarik. Harga murah menjadi alasan yang banyak disebut oleh 32 persen responden. Irwan dan Latifa serempak menyatakan, harga makanan dan minuman yang dijual di pasar kaget adalah harga standar yang relatif miring. "Harga kolak Rp 5.000," kata Latifa memberi contoh.

Keperluan sementara

Faktor lain warga tertarik adalah tersedianya barang khusus untuk keperluan puasa dan Lebaran. Aneka kolak ubi atau pisang, es buah, kurma, bubur, dan aneka kue tradisional untuk berbuka puasa banyak tersedia. Pakaian dan aksesori serta peralatan ibadah untuk persiapan Lebaran juga diperdagangkan di pasar kaget.

Di sisi lain, pasar kaget ini sering memacetkan lalu lintas jelang buka puasa. Tujuh dari sepuluh responden mengakui keberadaan pasar kaget cukup mengganggu arus lalu lintas.

Seperti di Jakarta Barat, titik pasar tumpah ada di Jalan Pangeran Jayakarta, dekat perempatan Pantai Indah Kapuk. Pasar dadakan di Jakarta Selatan berlokasi di Pasar Cipulir, Pasar Ciputat, dan Kebayoran Lama. Di Jakarta Utara, muncul pasar tumpah di Pasar Nalo dan Pasar Ular. Di Jakarta Pusat, pasar tumpah ada di Pasar Senen, Benhil, dan Tanah Abang. Di Jakarta Timur, pasar berpotensi mengganggu di daerah Kramatjati, Cibubur, serta Cakung.

Keberadaan pasar yang dianggap mengganggu ini membuat 37,9 persen responden tidak pernah berkunjung ke pasar kaget. Salah satunya Sri (35), warga Cibubur, Jakarta Timur. Dengan tegas, Sri menyebutkan, pasar kaget tidak banyak manfaatnya karena sering memicu kemacetan. (M Puteri Rosalina/Litbang Kompas)

Berita ini telah terbit di harian Kompas edisi 24 Juni 2015, di halaman 27 dengan judul "Pasar Kaget, Menarik meski Memicu Kemacetan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Megapolitan
Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com