Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gabung ke Transjakarta, Kopaja Tak Boleh Lagi Mengetem di Perempatan

Kompas.com - 24/06/2015, 16:18 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA KOMPAS.com — Integrasi PT Kopaja ke dalam manajemen PT Transjakarta diyakini akan membuat bus-bus tersebut lebih tertib di jalan raya. Sebab, tak ada lagi sistem setoran karena operator bus akan dibayar dengan sistem rupiah per kilometer, sedangkan sopirnya akan digaji secara rutin.

Dengan demikian, sopir bus kopaja diyakini akan lebih tertib dalam menaikkan dan menurunkan penumpang.

"Kalau Anda menunggu di perempatan, dijamin tidak akan diambil. Sekarang kan di perempatan dilambai-lambaikan berhenti. Kalau nanti, dengan sistem gaji, ngapain. Mereka enggak perlu nyetor lagi kok (ke pemilik bus)," ujar Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (24/6/2015).

Selain akan menciptakan ketertiban di jalan raya, Kosasih juga menjamin tak adanya sistem setoran akan membuat kondisi di dalam bus akan lebih nyaman karena sopir hanya boleh mengangkut penumpang sesuai dengan kapasitas yang ada.

"Bus ini bisa dimasukin 40 orang. Cuma nanti kita akan bawa 20-30 orang saja. Enggak usah penuh-penuh," ujar Kosasih. [Baca: Kopaja Sepakat Bergabung ke PT Transjakarta, Tak Ada Lagi Sistem Setoran]

Menurut Kosasih, tarif yang akan diterapkan dalam layanan bus kopaja terintegrasi transjakarta akan sama seperti bus-bus transjakarta lainnya, yakni penumpang hanya perlu membayar saat akan masuk ke dalam halte.

Pembayaran dilakukan dengan transaksi elektronik menggunakan e-money. Meski demikian, Kosasih belum bisa memastikan cara pembayaran bagi penumpang yang akan naik dari permukiman di luar koridor transjakarta.

Sebab, PT Transjakarta masih melakukan kajian terkait hal tersebut. "Yang naik dari permukiman kami lagi bikin sistemnya. Mungkin nanti ada petugas yang menunggu untuk taping. Ada titik dia berhenti. Karena itu, dia tidak boleh berhenti di semua titik," kata Kosasih.

Tahap pertama layanan bus kopaja terintegrasi transjakarta direncanakan akan mulai beroperasi dalam dua-tiga bulan ke depan. Adapun jumlah bus yang akan digunakan mencapai sekitar 200-300 bus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com