"Mungkin warga hanya dengan bayar Rp 7.000-Rp 10.000 per hari, mau naik bus jungkir balik ke mana pun, silakan, deh. Kartu mingguan juga, selama seminggu Anda mau jungkir balik naik transjakarta juga silakan. Untuk kartu bulanan, misalnya bayar Rp 200.000, selama bulan itu Anda bebas naik transjakarta berkali-kali," kata Basuki, di Balai Kota, Rabu (24/6/2015).
Penerapan kartu harian, mingguan, dan bulanan ini diyakini Basuki akan menolong stimulus ekonomi warga. Sebab, harga yang dibayarkan lebih murah jika dibandingkan dengan tarif yang ditetapkan saat ini sebesar Rp 3.500.
Dengan penerapan sistem ini, kemudian Basuki melakukan survei mobilitas warga melalui kartu elektronik yang diperuntukkan membayar tiket.
"Kami mau paksa orang keluar masuk halte transjakarta dengan menempel kartu supaya kami tahu si A ini dari mana ke mana. Kalau ternyata tidak ada jurusan langsung dan transit di mana-mana, bisa jadi rute baru transjakarta. Kami bisa ukur berapa penumpang, kita siapkan bus, dan jam berapa," kata Basuki.
Mantan Bupati Belitung Timur itu pun tak segan menggelontorkan public service obligation (PSO) kepada PT Transjakarta sebesar Rp 2 triliun atau Rp 3 triliun. Selain itu, ia juga mengupayakan jalur bus transjakarta tetap steril dari kendaraan bermotor lainnya. Hal itu dilakukan dengan memasang radio frequency identification (RFID) di setiap unit bus transjakarta dan bus lain yang terintegrasi transjakarta serta meninggikan separator.
"Seluruh kota besar di jam siang pasti macet. Tapi yang penting, ada pilihan untuk tidak macet. Jadi misalnya kalau saya ke selatan, saya naik transjakarta. Sekarang, saya dari Kota ke Balai Kota 25 menit naik bus, turun naik (bolak-balik) 45 menit, mending naik kendaraan pribadi. Orang mulai pikir rasional," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.