"Makam kan untuk ibadah. Pas bulan-bulan ini sangat bagus sekali. Ibaratnya Rp 100.000 atau Rp 200.000 dulu. Masyarakat pas bulan-bulan gini pas lagi punya duit," kata Keman, Senin (29/6/2015).
Keman mengaku, rencana ini sudah dibicarakan kepada warga dua bulan yang lalu. Namun warga mengaku tidak tahu dengan rencana itu dan kaget dengan surat edaran patungan lahan makam tersebut.
Selain warga, para ketua RT juga merasa tidak dilibatkan membuat rencana pembebasan lahan makam itu. Salah satunya adalah Triyatno, Ketua RT 01 RW 05 di Kelurahan Kreo.
Triyatno mengaku, pembicaraan awal hanya terjadi di tingkat RW dengan pihak kelurahan. Mereka baru mengabarkan hal tersebut kepada jajaran RT pada Minggu (28/6/2015) malam saat ada acara di salah satu masjid. [Baca: Warga Keluhkan Patungan Uang untuk Lahan Makam Saat Ramadhan]
"Digodok pertama kali di forum RW. Yang sering rapat di RW. Rapat di masjid juga cuma sekilas, bukan pembahasan makam, tetapi bahas zakat. Enggak ada secara resmi bahas makam," kata Triyatno, Senin (29/6/2015).
Triyatno mengaku banyak warga yang tidak mau bayar. Dari total 115 KK di RT 01, hanya ada 38 KK yang bersedia membayar.
Selebihnya mengaku sudah memiliki tanah wakaf sendiri sehingga tidak perlu menggunakan lahan yang ditawarkan pihak kelurahan.
Tanah yang rencananya akan dibeli dengan patungan uang dari warga seluas 8.200 meter itu berada di dekat tanah wakaf di Cipadu.
Harga per meter persegi disepakati sebesar Rp 1,6 juta. Untuk bisa beli tanah, per kelurahan ditargetkan mengumpulkan DP Rp 1 miliar selama seminggu terhitung dari pertengahan bulan Juni 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.