Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Terganggu Proyek Tol

Kompas.com - 30/06/2015, 15:08 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Pembebasan lahan untuk Tol Depok-Antasari hingga saat ini belum selesai. Namun, pembangunan fisik sudah mulai dilaksanakan di lapangan. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan sebagian warga yang tinggal di sekitar lokasi proyek.

Pada Senin (29/6) siang, terlihat kesibukan pekerja di lokasi proyek itu di Kelurahan Pangkalan Jati Baru, Cinere, Kota Depok. Pekerja lain memasang konstruksi bangunan berupa tiang pancang dan tiang penyangga.

Pekerja lain mengeruk tanah dan diangkut menggunakan truk. Sejumlah truk tanah melintas di antara rumah warga.

Pantauan di beberapa titik proyek, seperti di Pangkalan Jati Baru serta Kelurahan Cilandak Timur dan Cilandak Barat, Jakarta Selatan, di sekitar lokasi proyek masih ada rumah-rumah warga yang belum dibebaskan. Beberapa rumah masih dihuni pemiliknya. Sebagian rumah lain sudah kosong dengan kondisi tembok retak dan genting runtuh.

Pekerjaan tol tersebut menimbulkan kebisingan dan debu. Maimunah (52), warga RT 005 RW 002 Kelurahan Pangkalan Jati Baru, mengaku terganggu dengan aktivitas pembangunan tepat di depan rumahnya itu. "Tiap hari berisik dan berdebu. Orang-orang itu bekerja siang malam tanpa henti," katanya.

Menurut Maimunah, di sekitar rumahnya ada 15 keluarga yang terkena dampak proyek. Munin, Ketua RT 002 RW 002 Kelurahan Pangkalan Jati Baru, mengatakan, ada 30 bidang lahan berukuran 30-2.000 meter persegi di wilayahnya yang terpakai untuk pembangunan.

Dari jumlah itu, masih ada lima bidang lahan yang belum dibebaskan. "Warga yang lahannya luas mendapat ganti rugi cukup besar dan bisa segera pindah. Masalahnya, ada juga warga yang lahannya sempit. Mereka bingung harus pindah ke mana," kata Munin.

Arifin Tjekiagus (69), salah satu pemilik lahan 400 meter persegi, masih bertahan di rumahnya di Jalan Andara, Pangkalan Jati Baru. Ayah dua anak ini menolak pindah karena belum ada kesepakatan harga.

Arifin menilai, harga yang ditawarkan Kementerian Pekerjaan Umum melalui Badan Pertanahan Nasional, yakni Rp 3,1 juta per meter persegi, terlalu rendah.

Arifin menuturkan, dari 271 lahan di Pangkalan Jati Baru, masih ada 30 lahan yang belum dibebaskan. "Selama pembebasan lahan dilakukan, pemerintah bersikap otoriter dengan mendatangkan anggota militer ke rumah-rumah warga yang akan dibebaskan," ujarnya.

Selain itu, menurut Arifin, kontraktor seolah sengaja membangun konstruksi di dekat rumah warga yang belum dibebaskan untuk membuat warga merasa tidak nyaman dan merelakan lahannya dibebaskan.

Ambardi Effendy, Ketua Tim Pembebasan Tanah Tol Desari Kementerian Pekerjaan Umum, mengatakan, lebih dari 40 persen lahan untuk pembangunan tol sudah dibebaskan. "Sambil menunggu proses pembebasan lahan, kontraktor mulai melaksanakan pembangunan," katanya.

Ambardi menambahkan, sudah ada kesepakatan proses kerja antara kontraktor dan warga, misalnya terkait jam kerja dan kompensasi dampak lingkungan.

Tanpa kemajuan

Di Jakarta Barat, pelebaran Jalan Raya Joglo di Kembangan hingga saat ini masih jalan di tempat karena banyak bidang jalan yang belum dibebaskan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com