JAKARTA, KOMPAS.com — Ayah dan ibu dari Kapten Penerbang Sandy Permana disebut baru saja meninggal dunia. Dengan adanya kejadian yang menimpa pesawat Hercules tipe C-130 milik TNI-AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, keluarga Sandy semakin terpukul. Terlebih lagi, Sandy sampai saat ini belum dipastikan selamat atau telah meninggal dunia.
"Ibu Sandy baru saja meninggal tiga bulan lalu, beliau sakit. Lalu 40 hari setelah itu, ayahnya meninggal juga karena sakit. Sekarang kami dengar kabar seperti itu, kami pasrah saja," kata paman dari istri Sandy, Sriyono (57), Selasa (30/6/2015).
Sriyono menceritakan, ketika terjebak macet seusai pulang kerja tadi sore, dia melihat-lihat berita melalui handphone. Ada satu berita yang menarik perhatian Sri, yaitu tentang kecelakaan pesawat Hercules di Medan. Sri mengaku baru saja membaca paragraf pertama, lalu memutuskan tidak melanjutkan bacaannya.
Sri menemukan informasi, pilot pesawat tersebut adalah Kapten Penerbang Sandy Permana. Tanpa buang waktu, Sri memutuskan langsung ke pangkalan TNI-AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Namun, di sana, dia tidak mendapatkan informasi apa pun tentang kecelakaan yang terjadi pada Selasa siang.
Di Halim, Sri bertemu dengan saudara Sandy dari Sleman, Jawa Tengah. Mereka membicarakan soal kecelakaan pesawat Hercules dan tentang Sandy. Sri mencari info hingga mendapat kabar bahwa memang benar Sandy yang menerbangkan pesawat tersebut.
Sri kemudian memberi tahu hal tersebut kepada Nana Hapsari, istri Sandy yang berada di rumah dinas Sandy, kompleks TNI-AU, Malang, Jawa Tengah. Nana terdengar kaget dan sangat sedih. Namun, Nana berpesan agar pihak keluarga bisa menunggu keterangan resmi dari TNI-AU.
Sandy merupakan penerbang dari Skuadron Udara 32 Lanud Abdul Rachman Saleh. Pilot muda ini baru saja lulus dari sejumlah pelatihan, dan dinobatkan sebagai kapten pilot pada 6 Maret 2014 lalu. Sebagai kapten pilot, Sandy dinyatakan mampu melaksanakan tugas penerbangan secara profesional dengan berbagai kendala yang dihadapi selama proses penerbangan dilakukan.
Sandy pun pernah mendapat penghargaan berupa herky number atas pencapaiannya dalam kualifikasi sebagai seorang penerbang. Putra kelahiran Parittiga, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, itu memiliki dua anak perempuan, Putri (3) dan Zahirah (1).
Kini, keluarga menanti kepastian dari TNI-AU. Sementara itu, mereka juga berharap ada mukjizat sehingga Sandy masih bisa selamat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.