Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Cabuli Muridnya Akan Bebas karena Laporan Dicabut Orangtua

Kompas.com - 01/07/2015, 15:36 WIB
Jessi Carina

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Kota Bekasi (KPAI Kota Bekasi) Syahroni merasa kecewa dengan peristiwa yang baru dia alami. Selama beberapa hari, dia sempat tidak ingin bekerja dan menemui korban kekerasan pada anak selama beberapa hari. Apa yang membuat dia seperti itu?

"Saya kesal dan kecewa juga. Kita kan sudah siapin sekolahnya, psikolog juga kita siapin, orangtua kita kasih pemahaman," ujar Shayroni di kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Keluarga Berencana, Rabu (1/7/2015).

Rupanya, Syahroni kesal dengan DE, orangtua dari seorang bocah SD kelas 6 berinisial WD. Cerita berawal ketika WD yang berusia 12 tahun terpergok sedang melakukan hubungan suami istri dengan guru olahraganya yang bernama SB, di kamar mandi sekolahnya yang berlokasi di kawasan Bekasi Timur.

WD dan SB dipergoki oleh teman-teman WD. Roni, sapaan Syahroni, mengatakan bahwa hubungan tersebut telah dilakukan WD dan SB sebanyak empat kali. Kejadian pertama terjadi sekitar setahun yang lalu.

"Waktu itu awalnya si anak dipaksa sama gurunya," ujar Roni. Setelah itu, kata Roni, SB mengingatkan WD bahwa setelah berhubungan suami istri, WD sudah berstatus pacar SB.

Awalnya terpaksa, hubungan antara guru dan murid itu pun menjadi memiliki dasar suka sama suka. Sebab, SB memiliki sikap yang perhatian kepada WD.

Meski atas dasar suka sama suka, SB tetap dilaporkan ke polisi setelah kejadian tersebut diketahui warga. Proses penangkapan SB pun penuh penjebakan. Setelah itu, SB pun ditahan dan diproses secara hukum.

Laporan dicabut

Akan tetapi, sebentar lagi SB berpotensi dibebaskan dari segala perbuatannya. Hal ini karena orangtua WD yaitu DE memutuskan untuk mencabut berkas laporannya.

Kepala Bidang Perlindungan Anak BPPPAKB, Mini Sardjie, mengatakan, setelah SB ditahan, WD kerap menanyakan SB. "Buk, Pak SB kasihan bu.. Pak SB kasihan," ujar Mini.

Mini menduga rengekan WD lah yang menyebabkan orangtua mencabut laporan. Akan tetapi, kata Roni, DE beralasan bahwa dia tidak mau memperpanjang persoalan ini. DE ingin memasukkan WD ke pesantren di Palembang.

Kini, DE sudah membuat surat pernyataan pencabutan laporan. Dalam surat tersebur, tertulis keluarga SB akan membayar sejumlah uang sebagai biaya pengobatan psikis WD.

Akan tetapi, sampai saat ini, Roni tidak mau menandatangani. "Biar saja kalau dicabut di polres, yang penting saya tidak tandatangan," ujar Roni kecewa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com