Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehabisan Uang, Orangtua Cabut Laporan Guru yang Cabuli Putrinya

Kompas.com - 01/07/2015, 20:03 WIB
Jessi Carina

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com — DE, orangtua WD (12), menjelaskan alasannya mencabut laporan guru yang telah mencabuli putrinya di kamar mandi sekolah. Dia mengatakan, proses hukum yang telah dilalui saat ini telah membuat dia terlilit utang.

"Bukan apa-apa ya. Saya mau urus ini itu ke polres minimal banget sediain duit Rp 50.000," ujar DE di rumahnya di Bekasi Timur, Rabu (1/7/2015).

DE mengeluhkan besarnya ongkos perjalanan yang harus dia keluarkan tiap kali mengurus kasus anaknya ke polres. Dia harus menumpang ojek atau becak terlebih dahulu dengan ongkos Rp 30.000.

DE bercerita, dia pernah membawa tujuh saksi ke polres untuk diperiksa oleh polisi. Tujuh saksi tersebut merupakan teman-teman anaknya sendiri. Dia menceritakan betapa sulitnya mengumpulkan anak-anak itu.

Belum lagi, dia harus memberi makan siang kepada anak-anak tersebut. Padahal, DE seorang ibu rumah tangga, sementara suaminya seorang petugas satpam. [Baca: Laporan soal Guru Cabul Dicabut, KPAI Bekasi Khawatir]

Keluarga DE tinggal di sebuah rumah kontrakan yang tidak jauh dari sekolah WD. Tiap DE harus mengurus kasus ke polres, dua anak DE yang masih kecil terpaksa harus dititipkan ke tetangga.

DE pun menyerah untuk melanjutkan proses hukum SB, guru yang mencabuli putrinya, setelah dia harus membayar hasil visum putrinya. Ketika itu, DE mengaku harus merogoh uang hampir Rp 500.000 untuk mengambil hasil visum.

"Saya sampai punya utang sana-sini Rp 3 juta karena mengurus ini. Sudah mana orangnya pada nagihin terus," ujar DE. "Akhirnya sudahlah, saya cabut aja laporannya," ujar DE.

Sebelumnya, WD yang berusia 12 tahun tepergok sedang melakukan hubungan suami istri dengan guru olahraganya, SB, di kamar mandi sekolahnya yang berlokasi di kawasan Bekasi Timur. WD dan SB dipergoki oleh teman-teman WD.

Ketua KPAI Kota Bekasi Syahroni mengatakan bahwa hubungan tersebut telah dilakukan sebanyak empat kali. Kejadian pertama terjadi sekitar setahun yang lalu.

"Waktu itu, awalnya si anak dipaksa sama gurunya," ujar Syahroni atau Roni. Setelah itu, kata Roni, SB mengingatkan WD bahwa setelah berhubungan suami istri, WD sudah berstatus pacar SB.

Setelah awalnya terpaksa, hubungan antara guru dan murid itu pun jadi memiliki dasar suka sama suka. Sebab, SB memiliki sikap yang perhatian terhadap WD.

Meski atas dasar suka sama suka, SB tetap dilaporkan ke polisi setelah kejadian tersebut diketahui warga. Tak lama kemudian, SB ditangkap. [Baca: Guru yang Cabuli Muridnya Akan Bebas karena Laporan Dicabut Orangtua]

Setelah itu, SB ditahan dan diproses secara hukum. Akan tetapi, SB sebentar lagi akan bebas karena DE telah mencabut laporannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Megapolitan
Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Megapolitan
Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com