Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pesan Terakhir Yunita untuk Anak Sulungnya

Kompas.com - 02/07/2015, 02:02 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Upaya Yunita (34), warga Komplek TNI AL Dewa Kembar, Jalan Kyai Jalak B 169 RT 08/01, Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara (Jakut) untuk mendaftarkan anak sulungnya Rima Novita (13) ke tingkat SMP, batal.

Hal tersebut diceritakan Yunita kepada salah satu tetangga, Tri Wahyuni (51), dua hari sebelum keberangkatannya ke Kepulauan Natuna, Riau, menggunakan pesawat Hercules, Selasa (30/6/2015) pagi.

"Terakhir saya ngobrol sama dia (Yunita), tanggal 28 (Juni) kemarin. Dia bilang mau daftarin anaknya Rima di salah satu SMP di Jakut," ungkap Tri, Rabu (1/7/2015).

Yunita berharap, anaknya bisa mendapat sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Mengingat Rima telah dibekali sepeda untuk pulang pergi ke sekolahnya sejak SD.

"Dia (Yunita) ingin anaknya sekolah tidak jauh dari rumah. Supaya bisa lebih efisien dari segi waktu dan finansial. Setidaknya, tidak terlambat kalau masuk pagi, sekaligus melatih kemandirian. Mungkin itu pesan terakhir dari beliau untuk anaknya," papar Tri.

Bahkan, wanita asal Natuna itu telah menjadwalkan keberangkatannya dengan pesawat komersil tanggal 3 Juli mendatang. Hal tersebut dilakukannya, agar suami dan anaknya bisa ikut mudik ke Natuna.

Namun, jadwal tersebut berubah setelah Yunita mendengar informasi dan jadwal keberangkatan Hercules dari Lanud Halim Perdanakusuma, Selasa pagi.

Jadwal pendaftaran tersebut pun ikut berubah. Yunita bahkan memutuskan berangkat duluan menggunakan Hercules bersama anak bungsunya, Ahmad Wildan Abdullah (3).

Sedangkan, suaminya, Sersan Dua (Serda) Amir Asmono Abdullah (47), akan menyusul kemudian, setelah mencari dan mendaftarkan Rima ke SMP.

Momen mendaftar sekolah tersebut membuat Rima dan ayahnya batal berangkat ke kepulauan Natuna naik Hercules. Pasalnya, keempat beranak itu, kerap mudik bersama setiap tahunnya. Menurut Suci, Yunita sempat menjadwalkan waktu mudiknya tanggal 3 Juli dengan pesawat komersil.

"Harusnya, mereka berangkat tanggal 3 (Juli) Citilink. Tapi, berhubung Rima belum mendaftar sekolah, jadi Yunita dan Wildan berangkat duluan. Kebetulan, ada jadwal Hercules yang berangkat dari Malang," papar Suci.

Seperti diketahui, pesawat Hercules jenis C-130 Nomor 1310 dengan misi PAUM (Penerbangan Angkutan Udara Militer) itu bertolak dari Landasan Udara (Lanud) Malang, Senin (29/6/2015) pagi dan transit di Yogyakarta siang harinya.

Rencananya, pesawat tersebut akan melanjutkan perjalanan ke Medan, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dan berakhir di Kalimantan.

Naas, beberapa saat usai lepas landas dari Lanud Soewondo, Medan, pesawat tersebut justru jatuh di pemukiman padat, Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan.

Hingga berita ini diturunkan, Kepala Dinas (Kadis) Penerangan TNI AU, Marsma Dwi Badarmanto, merilis jumlah korban meninggal sebanyak 122 orang. Totalnya ada 12 kru dan 110 penumpang yang tewas akibat insiden tersebut.

Rinciannya, sebanyak 91 jenazah utuh, serta 50 kantong kumpulan potongan dari korban.

"Jadi, jumlah korban yang ada di pesawat adalah 122 orang. Termasuk tujuh orang di lokasi jatuhnya pesawat yang belum ditemukan," pungkas Dwi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com