Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Lulung Ingin Ahok Jadi Tersangka Kasus UPS?

Kompas.com - 29/07/2015, 13:44 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham "Lulung" Lunggana yakin bahwa Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama berpotensi besar menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat uninterruptible power supply (UPS).

Lulung berpendapat, Ahok (sapaan Basuki) tidak melakukan pencegahan korupsi yang ada di badan pemerintahannya.

"Ketika pemda mau belanja UPS, kewajiban gubernurlah yang pertama menanyakan ke dinas terkait dan kepada ULP (unit layanan pengadaan) mengenai harga satuan barang dari pabrik," ujar Lulung di Gedung DPRD DKI, Rabu (29/7/2015).

Lulung pun memberi contoh mengenai pernyataannya itu. Misalnya, kata dia, Kementerian Dalam Negeri sudah mengesahkan anggaran sebesar Rp 5 miliar untuk membeli satu barang. Ternyata harga pabrikan barang yang akan dibeli lebih murah dari yang dianggarkan.

Jika hal itu terjadi, kata Lulung, proses lelang bisa dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan. Sisa anggaran yang tersedia akan masuk dalam sisa lebih penggunaan anggaran (silpa).

Lulung mengatakan, Ahok harus memeriksa harga pabrikan itu. Akan tetapi, Lulung mengatakan, hal yang terjadi dalam kasus UPS tidak seperti itu. "Gubernur itu harus minta ke dinas terkait harga satuan barang," ujar Lulung.

Hal kedua, Ahok juga harus memeriksa perusahaan yang menang dalam lelang tersebut. Dia menyesalkan hal yang terjadi saat ini, perusahaan pemenang lelang kasus UPS malah fiktif.

Lulung menjelaskan, setelah gubernur sudah memastikan keduanya, barulah Ahok bisa mengeluarkan surat penyediaan dana (SPD). Akan tetapi, yang terjadi saat ini, Ahok sudah mengeluarkan SPD tanpa mengetahui kedua hal itu.

"Kalau kedua hal itu sudah dilakukan, baru gubernur buat SPD (surat penyediaan dana)," ujar Lulung.

Menurut dia, Ahok tidak bisa hanya menyalahkan bawahan karena lalai dalam memeriksa itu. Tanggung jawab tetap ada pada Ahok sebagai gubernur.

"Dia enggak boleh sederhana ngomongnya. Jangan dia ngomong, 'Saya udah kasih duit, kenapa kamu korupsi?' Enggak bisa gitu. Lah, dia harus tanggung jawab," ujar Lulung.

Selama ini, kata Lulung, Ahok merupakan tokoh yang kerap menggembar-gemborkan seruan antikorupsi. Penanggulan korupsi, menurut Lulung, bisa dimulai dari tahap pencegahan.

Menurut Lulung, Ahok tidak melakukan proses pencegahan itu, tetapi justru membiarkan korupsi terjadi di badan pemerintahannya. Hal itulah, kata Lulung, yang membuat Ahok pantas menjadi tersangka.

"Dia udah melakukan pembiaran. Ahok itu tidak pernah melakukan pemberantasan korupsi karena kenyataannya terjadi di tubuh pemerintahan dia. Harusnya pemberantasan diawali di pencegahan," ujar Lulung.

"Jadi saya bukan mendoakan, tapi memang Ahok patut jadi tersangka," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com