Mahasiswa S-1 reguler program studi Ilmu Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI tersebut bakal membaur dengan ribuan mahasiswa dan mahasiswi dari kalangan berbeda. [Baca: Cerita Pengamen Depok yang Lulus Masuk Universitas Indonesia]
Apakah Dodo minder? "Minder? Enggaklah. Saya sudah merasa UI seperti rumah sendiri," kata Dodo saat ditemui di perpustakaan pusat UI, Kamis (30/7/2015) sore.
Perantau asal Malang, Jawa Timur, itu menilai semua kalangan berhak untuk menuntut ilmu di UI, tanpa terkecuali. Menurut dia, selama ada kesempatan dan kemauan, apa pun bisa dicapai lewat usaha keras. [Baca: Usaha Dodo Pengamen Depok demi Lulus Masuk UI]
"Saya tahu tidak mudah masuk ke sini (UI). Saya pun demikian. Saya harus mengorbankan waktu mengamen saya untuk ikut program intensif setiap hari, kecuali hari Sabtu-Minggu," ujarnya.
Selama setahun terakhir, Dodo merasakan suasana perkuliahan di kampus UI, khususnya di gedung perkuliahan FE, untuk mengikuti program intensif SMBPTN. Karena itu, adaptasi untuk berkuliah di sana menjadi lebih mudah karena dia kerap beraktivitas di sana hampir setiap hari sejak pukul 08.00-16.30 WIB.
"Mentornya anak FE semua, sudah akrab. Kalau selesai belajar, kadang saya mengamen juga. Sudah tidak canggung lagilah pokoknya," kata pria kelahiran 21 Juli 1994 itu.
Ikut ayah merantau
Dodo merupakan warga baru di Depok. Sejak ikut ayahnya merantau 10 tahun lalu, dia lebih banyak hidup di wilayah Lampung dan beberapa provinsi lain di Sumatera.
Karena itu, mental untuk berhadapan dengan muka-muka baru sudah akrab dalam pengalamannya bersosialisasi.
"Saya juga bersyukur bisa hidup di perantauan dan berpindah-pindah. Semua ada hikmahnya. Itu memudahkan saya untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan baru," kata penggemar musik jazz tersebut.
Sebelumnya, Dodo sempat putus sekolah saat baru saja menyelesaikan studi di tingkat SMP. Keterbatasn biaya membuatnya harus mengubur impian untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun, asa untuk bersekolah kembali membara setelah dia membaca artikel sekolah gratis Masjid Terminal (Master) di harian Kompas tahun 2014 lalu.
Ternyata, artikel tersebut justru menjadi jembatan baginya untuk berkuliah di UI. "Padahal, dulu, mimpi saja enggak bisa kuliah di UI. Saya pikir, bisa sekolah gratis saja sudah bahagia," kata pengamen angkot trayek Depok-Pasar Rebo atau Depok-Pasar Minggu tersebut.
Perjuangan Dodo merupakan gambaran masih adanya semangat dari anak muda untuk meraih cita-cita. Tak peduli latar belakangnya apa. Dodo berharap agar muda-mudi Indonesia tetap bermimpi demi cita-cita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.