Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Manajer yang "Resign" Jadi Tukang Ojek agar Tetap "Bergaji" Manajer

Kompas.com - 04/08/2015, 21:13 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Faridz Budhi Suryakusuma (34) mempunyai strategi khusus dalam menjalankan aktivitas barunya sebagai tukang ojek. Sebab, meski baru bergabung 15 hari di salah satu operator ojek berbasis aplikasi, Faridz sanggup meraup uang rata-rata Rp 500.000 per hari di luar tips.

"Yang penting fokus saja. Saya sih enggak ditargetin harus dapat berapa sehari. Jalani saja," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (4/8/2015).

Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta Utara itu mengaku memulai aktivitasnya selepas subuh, sekitar pukul 05.00 WIB.

Melalui aplikasi di smartphone, Faridz akan mengambil order terdekat dari kediamannya di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.

Mantan manajer di sebuah resor itu tidak tebang pilih dalam mengambil order penumpang. Setelah mengantar satu penumpang, dia langsung memonitor order lainnya yang masuk secara acak di smartphone-nya.

"Kan sistemnya rebutan. Cepet-cepetan saja sama rider lain. Begitu dapat (order), jemput, langsung antar ke lokasi tujuan," kata sulung dari empat bersaudara tersebut.

Faridz mengaku tidak memiliki titik favorit untuk mencari penumpang. Hal itu mengingat order yang masuk secara acak akan tampil di layar smartphone pengojek di mana pun dia berada.

Lelaki yang juga berstatus sebagai guru renang itu menilai penghasilan pengojek dari operator ojek berbasis aplikasi mengacu pada pengendara yang bersangkutan.

"Artinya, kalau mau dapat banyak ya harus rajin muter. Terus enggak milih-milih orderan. Kalau malas-malasan dan milih-milih, enggak dapat penumpanglah," ujarnya.

Untuk sekali beroperasi, sejak subuh hingga malam hari, Faridz memilih menggunakan salah satu motor jenis bebek yang dianggapnya irit.

Sehari, rata-rata Faridz mengeluarkan uang bensin sebesar Rp 50.000. Estimasi operasionalnya diperkirakan lebih dari 200 kilometer per hari.

"Saya sih, paling habis gocap (Rp 50.000) sehari. Itu sangat cukup buat muter-muter Jakarta seharian," tuturnya.

Hati senang

Menurut dia, selama ngojek, suasana hati harus senang tanpa stres. Hal itu didapatnya dari pengalamannya sebagai guru renang. "Kalau kita ngejalanin-nya senang, apa pun yang dikerjakan pasti tanpa beban," ujar nya.

Faridz memutuskan mundur sebagai manajer resor di kawasan Puncak, Jawa Barat. Meski mendapat pertentangan dari keluarga dan cibiran dari pihak yang meremehkannya, pria yang sebelumnya berpenghasilan Rp 8 juta-Rp 10 juta itu nekat "banting setir" menjadi tukang ojek. [Baca: Tergiur Penghasilan Go-Jek, Manajer Ini Pilih "Resign"]

Faridz tidak merasa minder meski berstatus sebagai tukang ojek. Bahkan, status tersebut justru membuat hidup lebih tenang daripada saat menjabat manajer. 

"Ngapain minder. Tukang ojek, tetapi penghasilan manajer, siapa yang nolak? Apalagi tingkat stresnya lebih kecil dibanding saat jadi manajer. Kalau ngojek, selesai urusan mengantar penumpang, enggak ada beban lagi pas pulang ke rumah," ucapnya senang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com