Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Hambat Pembahasan KUA PPAS?

Kompas.com - 13/08/2015, 09:41 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana menepis anggapan bahwa DPRD telah menghambat proses pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA PPAS) karena menolak format terperinci. Apalagi, jika DPRD disebut menghambat dengan tujuan memasukan anggaran siluman ke dalam APBD 2016.

"Kalau menurut saya, DPRD tidak mempersoalkan KUA PPAS dalam format yang rinci. Karena hal tersebut sudah ditegaskan dalam arahan mendagri saat menganalisa RAPBD 2015. Jadi memang KUA PPAS harus rinci," ujar Sani ketika dihubungi, Kamis (13/8/2015).

Lantas, apa kendala pembahasan KUA PPAS? Sani mengatakan, belum terjadi kesepahaman antara Badan Anggaran (Banggar) DPRD dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).

Dalam prosesnya, DPRD tentu akan membahas usulan program dari TAPD. Ada program-program yang disetujui DPRD dan ada pula yang dicoret dan tidak disetujui.

Untuk program yang tidak disetujui Banggar, kata Sani, TAPD berkewajiban untuk mengusulkan program lain. Sebab, tugas mengusulkan program ada pada eksekutif.

"SKPD cenderung ogah untuk mengusulkan lagi program dan anggaran yang tidak disetujui oleh Banggar dan menyerahkan sepenuhnya usulan program ke Banggar. Persoalan teknis input ini yang masih menjadi hambatan," ujar Sani.

Jika DPRD mengikuti keinginan SKPD untuk mengusulkan program pengganti terhadap program yang telah tidak disetujui, hal itu justru menyalahi wewenang Dewan. Sebab, kapasitas DPRD bukan sebagai pengusul tetapi hanya menyetujui atau tidak menyetujui program saja.

"DPRD sepakat Banggar kami tidak boleh mengusulkan program baru jika anggarannya tidak disetujui. SKPD-lah yang harus mengusulkan ulang program alternatifnya. Namun SKPD cenderung menyerahkannya ke Banggar. Inilah yang belum bisa diterima oleh DPRD," ujar Sani.

Sebelumnya, keengganan DPRD DKI Jakarta untuk membahas KUA PPAS 2016 secara terperinci dicurigai merupakan salah satu cara untuk bisa kembali memasukkan anggaran proyek tidak penting alias anggaran siluman ke APBD 2016. Kecurigaan itu disampaikan oleh Koordinator Investigasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Febri Hendri. "

Kami memandang kalau DPRD tidak mau membahas penyusunan secara detail, maka alokasi itu rawan disusupi oleh kegiatan siluman," kata Febri Hendri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com