Meski demikian, ia mengakui biaya pembangunan TIM memang mahal. "Nah saya enggak tahu tuh waktu diaudit ada ketemu (dugaan penggelembungan anggaran) atau enggak," kata Basuki, di Balai Kota, Jumat (14/8/2015).
Karena itu, dia menyarankan agar pembangunan serta pengelolaan aset bekerjasama dengan pihak swasta. Basuki memberi contoh pembangunan gedung pertunjukkan, Lotte-Ciputra Artpreneur Theater.
Untuk membangun gedung mewah tersebut, pihak Ciputra hanya menghabiskan anggaran sekitar Rp 150 miliar. Sementara untuk pembangunan TIM, kata Basuki, menghabiskan anggaran hingga Rp 350 miliar.
"Jadinya malah kayak begitu. Kamu bandingin saja Ciputra Artpreneur sama TIM, bagusan mana? Itu mah bagai surga sama neraka," kata Basuki.
Kerjasama dengan swasta itu dilakukan dengan mekanisme Build Transfer Operate (BTO), bukanlah BOT. Sebab, menurut Basuki, ada kelemahan dalam mekanisme BOT.
Perusahaan sewaktu-waktu bisa wanprestasi jika ada ketidaksesuaian bersama Pemprov DKI. Perusahaan pun enggan menyerahkan aset tersebut kepada pemerintah.
Sementara jika melalui mekanisme BTO, sebelum dioperasikan, aset yang dibangun swasta dipastikan menjadi kepemilikan Pemprov DKI.
"Kalau kamu (swasta) di tengah jalan macam-macam sama kami, ya sudah, ini (aset) barang saya kok, tendang saja," kata pria yang biasa disapa Ahok itu.
Rencananya, DKI akan meresmikan sebuah hotel yang merupakan kerjasama PD Sarana Jaya dengan perusahaan asal Jepang. Mekanisme kerjasamanya melalui BTO. Sehingga perusahaan Jepang membangun hotel tersebut.
Setelah rampung, aset hotel itu diserahkan ke Pemprov DKI dan perusahaan Jepang yang mengoperasikan bangunan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.