"Sebetulnya bukannya takut, tetapi kita cuma menghindari bentrok saja," kata salah satu pengendara Go-Jek, Sopiyan (43), Kamis (27/8/2015).
Pengojek yang biasa mangkal di kawasan Cikoko, Jakarta Selatan, tersebut mengaku kebanyakan pengojek di sekitar wilayah operasionalnya adalah orang yang ia kenal atau temannya.
Namun, saat harus keluar dari wilayah operasionalnya, dia kerap mendapat intimidasi dari pengojek pangkalan. (Baca: Aniaya Pengemudi Go-Jek, Lima Pengojek Pangkalan Terancam 7 Tahun Bui)
Karena itu, lelaki yang bekerja sebagai sekuriti rumah mewah itu pun mengakalinya dengan menanggalkan salah satu atribut operasionalnya.
"Biasanya sih jaket dibalik atau dilepas. Pakai helm biasa saja, bukan hijau yang ada logo. Tetapi, buat penumpang tetap kita siapkan helm hijau," kata ayah tiga anak tersebut.
Beberapa intimidasi yang kerap diterima para pengojek berbasis aplikasi tersebut pun beragam, mulai dari ancaman verbal hingga berbentuk kekerasan fisik.
Helmi Can (45), salah satu rider asal Depok, mengaku sering mendapat intimidasi verbal. "Biasanya di daerah (Jakarta) Pusat, seperti di dekat Stasiun Gambir atau beberapa pangkalan yang ramai. Paling diusir, enggak boleh lama-lama berhenti, padahal cuma mengedrop (menurunkan) penumpang doang," tuturnya.
Salah satu rider Go-Jek perempuan, Sulasih (37), mengaku khawatir jika hal tersebut terus terjadi tanpa solusi.
Ibu beranak dua itu mengaku pasrah jika harus mengalami intimidasi dari pengojek pangkalan. "Sejauh ini, belum ada pengalaman intimidasi. Kalau bisa janganlah," ujarnya.
Meski demikian, wanita yang berdomisili di Rawa Belong, Jakarta Barat, itu punya cara khusus jika dia harus menghadapi pengojek pangkalan yang usil.
"Senyumi saja. Masa iya, mereka (pengojek pangkalan) tega sama perempuan," kata pengojek yang belum sebulan bergabung dengan Go-Jek tersebut.
Pengojek perempuan lainnya, Ekky Zakia Aziz (41), menilai, intimidasi yang dilakukan pengojek pangkalan tidak perlu dilakukan. Pemilik ijazah S-1 yang bergabung dengan Grab Bike tersebut tidak merasa takut akan mengalami tindak kekerasan dari pengojek pangkalan.
"Diproses hukum saja sekalian. Ngapain takut. Kan kita enggak ngeganggu mereka (pengojek pangkalan). Merekanya saja yang merasa terganggu," ucap ibu beranak empat asal Cipinang, Jakarta Timur, tersebut.
Korban tindak kriminal
Baru-baru ini, pengojek berbasis aplikasi menjadi korban tindak kriminal. Kejadian dialami dua pengendara Go-Jek di Bekasi, Jawa Barat.
Pertama adalah pencurian dengan kekerasan terhadap pengemudi Go-Jek, Nuryasin, di depan Kantor Wali Kota Bekasi.
Saat itu, ponsel kerja Nuryasin diambil oleh orang yang tidak dikenal. Leher Nuryasin sempat ditodong dengan senjata tajam. Akan tetapi, belum diketahui apakah pencuri merupakan pengojek pangkalan.
Sementara itu, peristiwa kedua dialami pengemudi Go-Jek, Asep Supriatna, kemarin. Asep yang sedang menunggu penumpang di depan SMAN 1 Bekasi dihampiri oleh lebih dari tiga pria. Tiba-tiba, Asep langsung dipukul oleh sekumpulan pengojek pangkalan itu.
Tak hanya itu, pelaku juga membanting helm dan merobek jok motor Asep dengan menggunakan benda tajam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.