Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Warga Bukit Duri Turun Drastis Tak Ada Hubungannya dengan Penggusuran

Kompas.com - 28/08/2015, 19:34 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Paulina, membantah turunnya jumlah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang wajib dibayarkan warga Bukit Duri berkaitan dengan penggusuran yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menurut dia, hal tersebut terjadi karena adanya perubahan tarif PBB.

"Kalau ada PBB jangan dilihat total pembayarannya (saja), lihat hitungan perkalian NJOP (Nilai Jual Objek Pajak)-nya. Pembayaran PBB turun bukan karena NJOP-nya turun, tetapi karena perubahan tarif, dari tarif tunggal ke-4 tarif (di DKI)," ujar Paulina kepada Kompas.com di Kantor Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (28/8/2015).

Empat tarif yang dimaksud adalah tarif perhitungan pembayaran PBB berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No 16 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Klasifikasi tersebut disesuaikan dengan klasifikasi NJOP setiap bangunan dan berlaku sejak 2013 lalu, saat PBB dialihkan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ke pemerintah provinsi.

Menurut perda tersebut, secara matematis Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dihitung berdasarkan tarif PBB dikali NJOP total (NJOP per meter dikali luas bangunan).

Tarif 0,01 persen dikenakan untuk NJOP tanah dan/atau bangunan kurang dari Rp 200 juta.
Tarif 0,1 persen untuk NJOP Rp 200 juta sampai dengan kurang Rp 2 miliar.

Tarif 0,2 persen untuk NOJP Rp 2 miliar sampai dengan kurang dari Rp 10 miliar. Sedangkan tarif 0,3 persen dikenakan untuk NJOP sebesar Rp 10 miliar atau lebih.

Saat masih diurus DJP, empat tarif PBB tersebut tidak berlaku dan masih mengikuti Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan PBB, yakni menggunakan tarif tunggal 0,5 persen.

Penghitungan PBB yang dilakukan saat itu adalah 0,5 persen dikali Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dikali NJOP dikurangi NOJPTKP (tidak kena pajak). Oleh karenanya, PBB yang harus dibayar warga sebelum 2013 jauh lebih mahal.

Lebih murah

Menurut Koko Karyono, salah satu petugas UPPD Tebet, pembayaran PBB setelah dialihkan dari DJP ke pemprov menjadi jauh lebih murah. "Turun (sekitar) satu per sepuluhnya," kata Koko.

Namun, Koko menyebutkan PBB bisa saja naik jika NJOP naik. "Di 2013 berubah lebih turun, tetapi kalo NJOP-nya naik, ya naik lagi bayarnya. Kita tiap pertengahan sampai akhir tahun melakukan pendataan (soal NJOP) itu," ujar Koko.

Paulina menegaskan perubahan PBB yang wajib dibayarkan warga Bukit Duri tidak ada kaitannya dengan penggusuran permukiman mereka. Perubahan tarif ini berlaku di seluruh daerah di DKI Jakarta, bukan hanya Bukit Duri.

"Kalau dihubungkan ini turun karena adanya isu penggusuran, ya tidak, ini karena adanya perubahan tarif," ujarnya.

Namun, Paulina dapat memaklumi ketidaktahuan warga soal perubahan tarif tersebut. Meskipun UPPD Tebet telah melakukan sosialisasi, ia menganggap tidak semua warga memahaminya. Paulina menduga adanya ketidakmerataan informasi yang diterima warga.

Seperti diketahui, warga Bukit Duri menganggap turun drastisnya pembayaran PBB terjadi karena permukiman mereka akan digusur. Ada warga yang awalnya membayar Rp 75.000 per tahun, tetapi sekarang hanya membayar Rp 5.000.

Koko menyatakan hal tersebut memang benar bisa terjadi. Bahkan, jika bangunan warga tidak luas, mereka bisa jadi hanya membayar PBB di bawah Rp 5.000. (Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com