Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Serapan APBD Rendah karena Pegawai Takut Gunakan Anggaran

Kompas.com - 29/08/2015, 10:18 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut rendahnya serapan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) 2015 karena adanya ketakutan pegawai negeri sipil (PNS) DKI menggunakan anggaran.

Hal ini juga disebabkan karena keputusannya menutup peluang pegawai untuk menyalahgunakan anggaran. Terlebih, ia menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan (BPKP), Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), serta lembaga keuangan lain untuk mengawasi penggunaan APBD. 

"Jadi ya wajar, mereka banyak yang berdoa gubernurnya cepat pergi atau mati di jalan. Gitu kan ngarep-ngarep," kata Basuki, di Balai Kota, Jumat (28/8/2015). 

Basuki mencontohkan, untuk mengangkut sampah di sungai ke truk saja, DKI membutuhkan Rp 400 miliar untuk membayar jasa swasta. Namun, swasta kerap tidak mengangkut sampah dan tetap dibiarkan menumpuk.

Setelah Basuki menginstruksikan Dinas Kebersihan untuk tidak kerja sama dengan swasta, rupanya mereka tidak kehabisan akal. Mereka tidak mau membeli alat berat padahal sudah tercantum di e-katalog LKPP (lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah). Basuki menengarai, banyak oknum PNS DKI yang ingin kerjasama dengan swasta demi mendapat komisi.

"Kamu bayangin enggak sih semua orang tahu, sudah rahasia umum pejabat DKI ini dapat duitnya kaya raya banget. Ada auditor swasta bilang sama saya. Orang-orang pada ribut, gaji pejabat eselon II di DKI Rp 60-70 juta, buat mereka yang maling mah seupil aja enggak ada artinya," kata Basuki.

Serapan anggaran 2015 masih rendah, seperti untuk belanja modal. Serapannya masih berkisar antara 1-3 persen. Dengan rincian, anggaran belanja jalan, irigasi dan jaringan baru terserap 3,56 persen, belanja gedung dan bangunan terserap 2,86 persen, belanja aset tetap lainnya terserap 2,62 persen, belanja peralatan dan mesin terserap 1,60 persen serta belanja tanah terserap 1,16 persen.

Dalam realisasi penyerapan anggaran tahun 2015, penyerapan anggaran bantuan sosial dan hibah paling besar diantara jenis-jenis anggaran belanja tidak langsung dan belanja langsung. Terlihat dari belanja operasi atau belanja tidak langsung, terdapat tujuh jenis belanja.

Dari tujuh jenis belanja tersebut, yang paling besar realisasi penyerapan anggarannya adalah belanja hibah sebesar 49,75 persen. Atau terserap mencapai Rp 836,69 miliar dari total belanja hibah sebesar Rp 1,68 triliun. Terbesar kedua penyerapan anggaran terdapat di anggaran belanja bantuan sosial sebanyak 41,46 persen atau Rp 958,82 miliar dari total anggaran sebanyak Rp 2,31 triliun. Sedangkan belanja pegawai hanya terserap 28,89 persen atau Rp 6,09 triliun dari total anggaran Rp 21,09 triliun, belanja barang terserap 23,01 persen atau sebesar Rp 3,83 triliun dari total anggaran Rp 16,65 triliun dan belanja bunga terserap 3,91 persen atau Rp 1,8 miliar dari total anggaran Rp 46,07 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com