"Supaya Anda tidak melanggar hukum, jadi banyak operator taksi, termasuk bajaj itu bisa Anda ajak kerja sama. Bajaj di Jakarta itu 17.000, ada operator taksi hampir 10.000 lebih, tidak punya finansial untuk membuat aplikasi. Kenapa enggak Anda buat?" kata Shafruhan dalam diskusi soal ojek berbasis aplikasi di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/9/2015).
Nadiem pun langsung tegas menjawab sambil menyunggingkan senyum. "Siap, Pak," jawab Nadiem.
Mendengar jawaban Nadiem, Shafruhan masih kurang puas. Ia memberikan persyaratan lain untuk Nadiem sebagai bos dari Go-Jek.
"Tapi, ojek sepeda motor harus ditinggalin," kata Shafruhan yang langsung disambut tawa orang seisi ruangan.
Pada akhir acara, Nadiem pun berkomentar soal ide dari Shafruhan. Ia pun akan berpikir untuk mengembangkan aplikasi yang berguna bagi angkutan umum di Ibu Kota.
"Kenapa harus ojek doang yang punya aplikasi. Tadi saya melihat ada aplikasi bajaj, itu hebat sekali. Siapa tahu ke depannya ada aplikasi kopaja, aplikasi angkot, dan lain-lain. Sebenarnya itu harapan dan visi Go-Jek ke depan," kata Nadiem.
Pria lulusan Harvard University ini melanjutkan, Go-Jek bertujuan untuk membuat suatu sistem transportasi pintar (smart transportation system), yang kelak akan menyambungkan antar-angkutan umum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.