Menurut Nurrohim, pengembangan terminal masih mengincar sekitar 700 meter persegi lahan Sekolah Master. Ia berharap, jika memang lahan 700 meter persegi itu juga terkena dampak, maka pihaknya meminta Pemkot mengganti dengan lahan yang masih kosong dekat Sekolah Master.
"Mereka juga masih incar Mushala Master di dalam sekolah. Saya bilang, tolong mushala itu jangan digusur, anggaplah itu fasos dan fasum. Sebab, selain mushala, Masjid Al Mutakim, awal sejarahnya kita yang juga ada di sana itu, sebentar lagi juga akan dibongkar," kata Nurrohim kepada Kompas.com di Sekolah Master, Depok, Sabtu (5/9/2015).
Sebelum penggusuran, Sekolah Master menempati lahan 6.000 meter persegi. Lahan seluas 4.000 meter persegi adalah lahan bersertifikat milik Sekolah Master, sisanya milik Pemkot Depok.
Nurrohim berharap pemerintah dan pengembang menepati janji mereka sesuai dengan kesepakatan awal. Pihaknya tidak menolak program pemerintah asalkan dibangun kelas baru sebagai pengganti kelas yang digusur.
Harapan mereka, komitmen dengan kesepakatan awal untuk membangun kelas itu direalisasikan. Selain itu, akses jalan dan saluran air jangan ditutup dan mushala di dalam Sekolah Master jangan dibongkar.
"Masa masjid di dalam terminal mau dibongkar, mushala juga. Saya minta mushala itu anggap saja itu CSR perusahaan, mereka mau bangun terminal, pusat grosir, apartemen, dan hotel. Itu harapan saya cuma gitu aja dan kami siap mendukung," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.