Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ahok di Balik Pelantikan 327 Pejabat Eselon DKI

Kompas.com - 06/09/2015, 08:22 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kembali merombak jabatan struktural 327 pejabat eselon di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI, Jumat (4/9/2015). Namun, acara yang berlangsung pada pukul 15.00 WIB di Balai Agung itu membuat beberapa pejabat bertanya-tanya.

Pasalnya, mereka baru diberi tahu akan dilantik sebagai pejabat eselon beberapa jam sebelum pelantikan. Setelah tiba di lokasi, mereka masih belum mengetahui jabatan baru mereka.

"Pelantikan ini tuh seharusnya minggu lalu, tetapi banyak nama yang saya coret. Saya enggak mau," kata Basuki, Jumat lalu. 

Banyaknya pejabat yang batal dilantik itu terjadi karena adanya kabar negatif. Misalnya, ada pejabat yang diduga menyuap dan ada pula pejabat yang diduga melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Selain dipilih Basuki, ada pula nama-nama yang dipilih oleh tiap-tiap kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI. Basuki kemudian memutuskan untuk menunda pelantikan pejabat eselon.

"Saya pelototin nama satu-satu. Makanya pas hari Kamis (3/9/2015) itu, seharian saya tidak terima tamu dan tidak ngerjain kerjaan lain, hanya khusus wawancara PNS sampai malam," kata Ahok, sapaan akrab Basuki.

Keputusan gubernur (kepgub) tentang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat eselon pun baru ditandatangani Ahok pada Jumat pagi. Ahok mengaku harus teliti sebelum menandatangani kepgub tersebut.

Saat itu, Ahok mengaku menemukan banyak kejanggalan. Misalnya, ada nama pejabat yang tidak pernah diseleksi. Selain itu, ada enam lurah yang menurut perintahan seharusnya dikenai demosi (turun pangkat), tetapi di dalam kepgub hanya dirotasi.

"Ya, saya coret. Saya tanya sama Pak Suradika (Kepala Badan Kepegawaian Daerah Pemprov DKI), kenapa? Saya mau (lurah) demosi, kok paginya masih dirotasi? Saya enggak mau, dia harus didemosi dan diganti," kata Ahok.

Contoh lain, ada pejabat yang hasil psikotesnya dipertimbangkan menjadi kepala dinas, tetapi tidak ada dalam daftar pejabat yang akan dilantik. Awalnya, lanjut dia, ada sekitar 40 PNS yang potensial untuk menjadi pejabat eselon II. Namun, Ahok menambahkan jumlahnya.

Ahok menilai bahwa hal itu wajar. Sebab, nama pejabat yang dimasukkan telah lolos psikotes dan tes kompetensi berbasis computerized adaptive testing (CAT). Melihat berbagai kejanggalan yang ditemukan itu, Ahok menengarai masih ada permainan di dalam struktur BKD.

"Makanya minggu depan, saya mau ganti lagi beberapa orang yang saya curigai. Kalau saya curiga, ya ganti saja. Bisa jadi itu kepala bidang atau jabatan lain karena minggu ini enggak keuber pelantikannya," kata Ahok.

Salah satu pejabat yang mendadak diberi tahu akan dilantik adalah Muhammad Yuliadi. Dia dilantik menjadi Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta menggantikan Ahmad Sotar Harahap.

Mantan Wakil Wali Kota Jakarta Barat itu mengaku, saat itu ia masih mengikuti pelatihan kepemimpinan di Lembaga Administrasi Negara (LAN) Pejompongan, Jakarta Pusat, pada pagi hingga siang hari.

"Tadi di kantor, saya disamperin sama K3 saya, pukul setengah sepuluh pagi. Saya dikasih tahu bahwa nanti pukul tiga (sore) mau dilantik," kata Yuliadi.

Hingga di lokasi pelantikan, Yuliadi mengaku masih belum mengetahui jabatan yang akan dia emban.

Hal yang sama disampaikan Asisten Deputi Gubernur bidang Tata Ruang Abdul Chair. Mantan Kepala Bidang Partisipasi Masyarakat Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Bencana itu mengaku baru menerima informasi akan dilantik pada pukul 11.00 WIB.

Saat menerima informasi itu, Abdul Chair sudah berada di kantor dan tidak membawa jas. Ia langsung buru-buru menelepon sang istri agar jas diantarkan.

"Istri saya lagi jualan es. Ya sudah, langsung telepon, suruh bawakan jas ke sini (kantor), dan saya baru tahu jabatannya setelah diumumkan," kata Chair.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com