"Mengirim SMS (short message service) yang aneh-aneh ke customer maksudnya? Ya saya ngapain banget kayak-kayak gitu. Saya di-training profesional. Kalau hubungan sama customer, ya cuma sampai tempat tujuannya saja, habis itu putus," kata Agus yang tengah beristirahat saat ditemui di kawasan Thamrin, Selasa (8/9/2015).
Menurut Agus, semua pengojek berbasis aplikasi di tempatnya bekerja digembleng untuk mengutamakan kepuasan pelanggan (baca: Soal Privasi Data Penumpang, Ini Pengakuan Pengemudi Go-Jek). Bila tidak, hukuman pemecatan menjadi pukulan telak untuk mereka. Oleh karena itu, Agus tidak pernah berpikir untuk merendahkan pengguna jasa ojeknya.
"Kita itu di-training buat ramah ke customer. Harus bisa mengajak ngobrol seperti teman saja. Makanya, kita selalu ladenin apa saja pertanyaan customer saat lagi jalan. Terbuka. Tetapi, mungkin ada customer yang mikir-nya lain. Kan orang-orang beda-beda anggapannya," kata Agus yang berdomisili di kawasan Depok. (Baca: Pengojek Berbasis Aplikasi Buka-bukaan soal Order Fiktif untuk Raup Untung)
Menurut dia, keseharian menjadi pengojek berbasis aplikasi memang menjadikan mereka lebih mobile mencari calon penumpang. Namun, hal itu tidak selalu membuat mereka kesulitan.
Tidak jarang pengojek juga mendapatkan teman baru karena interaksi yang intens saat mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Salah satunya seperti Sandito.
Sudah setengah tahun lebih ia menjadi tukang ojek berbasis aplikasi. Dia mengakui memang ada interaksi dengan salah satu pelanggannya di luar kegiatan ojek. Namun, itu juga pelanggannya yang menghubungi terlebih dahulu.
"Waktu itu saya ngobrol-ngobrol sama salah satu penumpang. Bapak-bapak mau ke Stasiun Manggarai. Kondisinya pas lagi bulan puasa mau buka. Kita ngobrol ngalur-ngidul. Eh waktu malam takbiran ternyata dapat ucapan Lebaran juga dari dia kirim SMS. Soalnya waktu dia order ojek, saya sempat telepon dia tanya posisinya di sebelah mana. Eh ternyata disimpan nomor saya," kata Sandito ditemui di kawasan Gajah Mada.
Aplikasi ojek yang ada di ponsel pengojek memang memungkinkan mereka untuk dapat melihat nama, nomor telepon, dan alamat tujuan penumpang yang akan diantarkan.
Aplikasi itu juga dilengkapi fitur yang bisa digunakan oleh penumpang untuk menilai pelayanan masing-masing ojek aplikasi yang mereka gunakan.
Fitur penilaian
Namun, menurut salah satu pengojek aplikasi, fitur penilaian tersebut tidak dapat dilihat secara detail oleh pengojek karena masuk ke dalam sistem yang ada di perusahaan.
"Memang kita bisa lihat nama, nomor telepon, dan alamat tujuannya. Tetapi, kalau review dikasih bintang berapa kita enggak bisa mengecek semua. Kita cuma dikasih lihat jumlah bintang kita sudah berapa. Soalnya itu ke sistem di kantor. Ya kita kerja sesuai job desk kita saja, balik ke diri masing-masing juga sih," kata Kurniawan, salah satu tukang ojek aplikasi yang ditemui di kawasan Senayan.
Beberapa hari terakhir masalah privasi pelanggan ojek berbasis aplikasi ramai mencuat di jejaring sosial.
Beberapa orang yang pernah menggunakan ojek berbasis aplikasi itu mengklaim bahwa mereka diganggu, bahkan diteror melalui SMS oleh pengojek yang mendapat penilaian buruk dari pelanggan.
Namun, pihak perusahaan penyedia jasa ojek berbasis aplikasi itu masih belum dapat dimintai keterangan resminya oleh Kompas.com mengenai masalah privasi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.