"Tahap awal ini ada 7.000 bajaj, tapi nanti keseluruhan akan ada 17.000 unit bajaj yang pakai aplikasi. Karena meski yang minat banyak tapi para sopir bajaj itu juga belum siap, masih banyak yang gaptek, harus diajarin dulu," kata Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan pada Kompas.com, Kamis (10/9/2015).
Pelatihan pada setiap sopir bajaj untuk cakap menggunakan aplikasi diakui Shafruhan juga menjadi salah satu faktor diundurnya peluncuran bajaj berbasis aplikasi itu. Awalnya, Organda DKI Jakarta ingin meluncurkan bajaj berbasis aplikasi pada bulan September ini.
"Jadi kita undur peluncurannya, sopirnya kita training dulu bertahap baru kita luncurkan. Jangan sampai nanti kita luncurin tapi sopirnya tidak paham ya malah jadi kacau balau," kata Shafruhan.
Ia juga menambahkan, meski nantinya bajaj yang memiliki aplikasi akan lebih mobile, operasional bajaj akan tetap menjadi angkutan lingkungan yang tidak melaju hingga ke jalan protokol. Pasalnya, selama ini meski berstatus sebagai angkutan umum, izin jalan bajaj hanya sebagai angkutan lingkungan yang tidak boleh menempuh jarak jauh.
Organda sendiri belum bisa memastikan jadwal resmi pengoperasian bajaj berbasis aplikasi. Namun, menurut Shafruhan, pihaknya masih membutuhkan waktu sekitar 1,5 hingga 3 bulan untuk mematangkan konsep baru kendaraan bajaj ini. Terlebih mereka juga ingin bekerja sama dengan pihak Go-jek dalam mengembangkan teknologi aplikasi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.