Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berguru ke "Pintu Gerbang Eropa"

Kompas.com - 21/09/2015, 16:34 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Selama empat hari, 20-23 September, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkunjung ke Rotterdam, Belanda, untuk melihat cara mengelola air. Dengan jadwal kunjungan yang cukup padat, Basuki berharap bisa membawa pulang sebagian teknologi pengelolaan air yang sudah berusia ratusan tahun dari kota yang disebut "Pintu Gerbang Eropa" itu.

Basuki bertolak dari Jakarta Sabtu (19/9) malam. Begitu tiba di Rotterdam, dia langsung disambut sederet acara. "Sebetulnya saya tidak perlu pergi. Saya bisa saja nonton dari Youtube. Namun, Wali Kota Rotterdam (Ahmed Aboutaleb) sudah tiga kali ke Jakarta. Beliau bilang jelas beda antara video dan kenyataan," ujar Basuki, akhir pekan lalu.

Ada 17 orang yang bertolak ke Rotterdam bersama Basuki. Mereka adalah unsur Dinas Tata Air, Biro Kerja Sama Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri (KDH/KLN), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, staf khusus gubernur, serta BUMD dari PT Jakarta Propertindo dan PT Pembangunan Jaya.

Mereka akan mengunjungi pelabuhan hasil reklamasi Maasvlakte 2, bendungan bergerak Keringhuis, sistem pompa terbesar Belanda di Ijmuiden, dan stasiun pengelolaan air limbah di Vlaardingen. Rombongan juga melihat proyek-proyek mitigasi perubahan iklim berupa plaza air (water plaza) dan penampungan air (water retention).

Rotterdam merupakan kota terbesar kedua di Belanda dengan populasi sekitar 700.000 orang. Terletak di delta tiga sungai, Rhine, Meuse, dan Scheldt, posisinya sebagian besar di bawah permukaan air laut dengan titik terendah hingga -6,4 meter. Kendati demikian, Rotterdam tak pernah dilanda banjir. Bahkan, Rotterdam berhasil mereklamasi pantai yang kini menjadi pelabuhan terbesar di Eropa.

Maruhal, mantan peserta Dutch Training and Exposure Program (DUTEP) untuk pegawai negeri sipil Pemprov DKI Jakarta, menuturkan, tata kelola air di Rotterdam sudah berusia 725 tahun. Hal terpenting dari tata kelola ini, menurut dia, adalah adanya kesadaran kolektif tentang risiko hidup di kota di bawah permukaan laut.

Rotterdam, lanjut dia, sering menghadapi hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat. Mereka perlu tempat untuk menampung sementara air hujan lalu didistribusikan ke sungai atau digunakan kembali agar tidak terjadi banjir.

Plaza air adalah contoh menarik karena saat kering, tempat itu jadi ruang terbuka publik untuk lapangan basket atau panggung. Di bawahnya terdapat tampungan air raksasa. "Hal semacam ini sangat bisa diterapkan di Jakarta," ujarnya. (FRO)

--------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 21 September 2015, dengan judul "Berguru ke "Pintu Gerbang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com