Alfred Sitorus dari Divisi Kampanye Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) mengapresiasi langkah pemerintah menambah jaringan moda transportasi massal di Jakarta dan kota sekitarnya. "Dengan beragam moda transportasi umum, masyarakat punya banyak pilihan angkutan di luar kendaraan pribadi," ucapnya, Selasa (22/9).
Sayangnya, infrastruktur penting, seperti jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan fasilitas parkir bagi pengguna angkutan massal, belum memadai. Trotoar sangat penting karena menjadi sarana berjalan kaki bagi pengguna angkutan umum sampai ke tempat tujuan.
"Perbaikan ketiga infrastruktur ini harus paralel dengan pembangunan moda baru transportasi massal. Kalau sistem sudah terbangun baik, ada harapan pengguna angkutan umum akan bertambah," katanya.
Dalam Pasal 25 Ayat 1 UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat.
KPBB adalah salah satu lembaga yang ikut menginisiasi hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jakarta. Tanggal 22 September merupakan peringatan HBKB internasional. HBKB memiliki semangat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi dalam mobilitas warga.
Di lapangan, kondisi trotoar yang tersedia saat ini banyak yang tak prima. Bahkan, ada yang berlubang besar, seperti di tepi Jalan Sudirman, di ujung jembatan penyeberangan orang ke halte Polda. Beberapa trotoar juga diokupasi untuk berjualan, pangkalan ojek, dan parkir.
"Kalau jalan kaki di Jakarta mesti hati-hati. Kadang kala, jalan di trotoar malah diklakson pengendara sepeda motor. Ada juga trotoar yang dipakai untuk warung atau parkir sehingga saya harus berjalan di badan jalan," ujar Susi, warga Kemayoran yang bekerja di kawasan Harmoni.
Secara terpisah, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, guna mendukung pengoperasian MRT, dinas memprogramkan penataan trotoar di Jalan Sudirman-Jalan MH Thamrin pada 2016. Penataan dilakukan, antara lain, dengan melebarkan trotoar.
"Lebar trotoar saat ini 2-4 meter. Dengan lebar itu, pasti ruangnya sudah habis untuk jalan keluar dan masuk stasiun MRT di bawah tanah. Perlu ada pelebaran menjadi 6-8 meter. Kami sudah mendesainnya" katanya.
Tahun ini, Dinas Bina Marga mengerjakan perbaikan dan pembangunan trotoar di beberapa tempat. Yusmada mengatakan, prioritas pembangunan trotoar yang bisa dikerjakan selama sisa waktu tiga bulan terdapat di kawasan Kota Tua, Setiabudi, Jalan Fachrudin, Jalan Suryopranoto, dan Jalan Diponegoro di depan RS Cipto Mangunkusumo.
"Kami mengganti format perbaikan jalan dan jalur pedestrian. Semula kami programkan per lokasi. Sekarang berupa penyediaan komponen. Hal ini supaya perbaikan bisa lebih cepat dan berdasarkan kebutuhan," ujarnya.
Jalur sepeda
Jalur sepeda juga sangat terbatas. Di Jakarta Pusat, jalur sepeda hanya tersedia di Jalan Diponegoro-Imam Bonjol. Jalur ini banyak dipakai warga pada hari Minggu, bersamaan dengan HBKB di Jalan Sudirman-Thamrin. Pada hari lain, jalur sepeda malah kerap digunakan oleh kendaraan bermotor.
Jalur khusus sepeda yang ada di wilayah Jakarta Selatan dalam kondisi kurang terawat. Warna hijau jalur sepeda yang ada di depan Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, misalnya, sudah pudar. Jalur selebar 0,5 meter itu berada di sisi kiri jalan utama. Jalur sering diserobot pengemudi mobil dan motor. Pada pagi dan sore, pedagang makanan melintas sambil mendorong gerobak.