Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang Sempat Dengar Kata Masinis KRL yang Tabrakan Mengantuk

Kompas.com - 24/09/2015, 04:43 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rahmat (35) yang naik KRL commuter line Jakarta Kota - Bogor, KA 1156, terempas setelah kereta tersebut menabrak kereta yang ada di depannya, yakni KA 1154 yang berada di dekat Stasiun Juanda. Akibat guncangan yang sangat kencang itu, Rahmat tidak sadarkan diri hingga tiga jam.

Saat ditemui Kompas.com di Rumah Sakit (RS) Husada, Jakarta Pusat, Rahmat menceritakan detik-detik sebelum keretanya menabrak kereta yang sedang tidak jalan di depan. Rahmat naik kereta dari Stasiun Jakarta Kota menuju ke Stasiun Bojong Gede, kembali ke rumahnya usai bekerja. Beberapa saat setelah naik kereta tersebut, Rahmat merasa ada yang aneh.

"Biasanya, di jalur ini dari Jakarta Kota, kan ada nanjak, itu yang naik ke jalan layang. Biasanya kereta di sana jalannya pelan. Nah, tadi tuh langsung kencang saja. Enggak tahu deh kenapa, tahu-tahu kencang saja. Dari stasiun sebelum Juanda, Stasiun Sawah Besar, juga kencang. Pokoknya sampai nabrak itu kencang, enggak ada ngeremnya," kata Rahmat kepada Kompas.com, Rabu (23/9/2015) malam.

Sempat ada kepanikan dari petugas kereta yang disaksikan oleh Rahmat. Dari obrolan sejumlah petugas kereta yang berkeliling di gerbong tempat Rahmat duduk, yakni gerbong kedua dari depan, ada kalimat yang menyebutkan masinis sedang mengantuk.

"Saya dengar, mekaniknya bilang, masinisnya lagi ngantuk. Enggak lama habis itu, tahu-tahu keretanya nabrak, guncangannya kencang, terus saya pingsan," tutur Rahmat.

Ketika keretanya menabrak KRL KA 1154, Rahmat terpental dari posisinya yang sedang duduk ke arah depan. Dari sana, Rahmat tidak sadarkan diri selama kurang lebih tiga jam.

Rahmat bersama beberapa korban luka lainnya langsung dilarikan ke RS Husada. Pukul 19.45 WIB, Rahmat sudah sadarkan diri dan sudah diperbolehkan untuk pulang. Meski sudah diizinkan pulang, Rahmat yang terluka di bagian perut masih bertahan di rumah sakit.

Sempat dicopet

Saat dia pingsan, dia kehilangan harta bendanya, termasuk telepon genggam dan dompet. Rahmat berniat menunggu perwakilan PT KAI untuk meminta ongkos pulang sebagai biaya ganti rugi.

"Mana saya baru gajian pula, hilang sudah uang Rp 3 juta di dompet. Saya mau minta ganti rugi karena pas pingsan semua barang saya diambil orang," ujar Rahmat.

Rahmat masih menunggu kejelasan dari PT KAI. Untuk biaya pengobatan sendiri, semua korban luka, termasuk Rahmat, ditanggung oleh asuransi PT Jasa Raharja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com