Dari laporan tersebut, mereka mencari sendiri dan akhirnya menemukan bahwa ada ribuan pemilih ganda dalam DPS atau data yang tidak lengkap tetapi berpotensi dimasukkan daftar pemilih tetap.
"Indikatornya ada NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang sama. Di setiap kelurahannya ada. NIK sama, namanya beda, di tempat yang sama. Ada yang nama sama, NIK sama, tempat tanggal lahir beda. Data yang kami temukan adalah kombinasi antara NIK, nama, tempat lahir, TPS yang ganjil," kata Ikhsan dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2015) siang.
Dari data yang Ikhsan tampilkan, ada selisih sebesar 70.097 pemilih yang diduga dimanipulasi. Angka itu didapatkan dari data pemilih yang didapat dari rekapitulasi DPS bulan September, yaitu 939.674 pemilih, dikurangi data KPUD Tangsel, sebesar 869.577 pemilih.
Tim Ikhsan mengaku mendapatkan data valid yang bersumber dari KPUD Tangsel, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Tangerang Selatan, digabungkan dengan laporan warga. [Baca: Dua Calon Wali Kota Lawan Airin di Pilkada Tangsel Klaim Temukan DPS Ganda]
Secara terpisah, Sekretaris Tim Pemenangan Arsid, Fatahillah, mengaku dapat angka DPS ganda mencapai 91.477 pemilih. Ada tiga indikator yang digunakan kubu Arsid untuk menentukan apakah DPS tersebut ganjil atau diduga ganda.
"Nomor kartu kependudukannya nihil, NIK kosong, dan NKK di luar standar Tangsel," tutur Fatahillah.
Baik kubu Ikhsan maupun Arsid meminta agar KPUD Tangsel beserta Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah (Panwaskada) Tangsel segera menyelesaikan masalah ini.
Terlebih, dua hari lagi, 30 September 2015, rekapitulasi DPS akan digelar di tingkat kecamatan. Hasil seluruh rekapitulasi akan digunakan untuk menetapkan daftar pemilih tetap (DPT), 2 Oktober mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.