Awalnya, polisi mengerahkan anjing pelacak untuk mencari pembunuh PFN. Pelacakan itu mengarah ke salah satu rumah warga di Jalan Sahabat di Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (4/10/2015).
Rumah itu berada di deretan rumah petak semipermanen, hanya sekitar 50 meter dari lokasi mayat PFN dibuang.
Polisi kemudian meminta penghuni rumah keluar. Penghuni rumah itu adalah seorang bapak yang sedang sakit dan istrinya, dua anak perempuannya, dan seorang anak lelakinya yang sudah dewasa.
Polisi membawa keluar seorang pemuda keluar dari rumah tersebut. Kemudian, dia diajak bicara oleh penyidik polisi di depan sebuah rumah reyot.
Saat itulah, beberapa warga yang salah sangka mengamuk. Mereka menyangka pemuda itu pembunuh PFN. Warga berteriak dan mulai memaki-maki pemuda itu.
Polisi pun mendorong warga yang mencoba mendesak. Bahkan, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti dan Kasubdit Jatanras Dirkrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan yang sedang mengobrol dengan wartawan pun kaget, lalu mendatangi warga yang mengamuk.
Krishna cepat bergerak ke mobilnya lalu menyalakan alat pengeras suara di mobilnya. Dia pun berbicara.
"Hei, warga, rumah yang tadi dimasuki anjing pelacak bukan rumah pelaku. Saya tegaskan, itu bukan rumah pelaku. Warga sebaiknya jangan bertindak main hakim sendiri. Kalian justru melakukan tindak kriminal nanti," kata Krishna sambil melihat ke arah massa yang sedang disuruh menjauh oleh anak buah Krishna.
Setelah warga pergi, Krishna mendekati lelaki yang sempat kaget melihat warga mengamuk. Krishna kemudian menepuk bahu lelaki itu, lalu mengatakan bahwa dia tak mencurigainya. Muka lelaki itu pun kelihatan lebih tenang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.