Menurut Basuki, proyek itu bukanlah teknik pembersihan sungai, melainkan hanya agar aliran sungai yang mengalir di depan Epicentrum terlihat bersih.
"(Sungai) Epicentrum itu bukan (teknik) membersihkan sungai. Itu hanya bikin (teknik) tipuan, air kotor itu lewat di bawahnya dan air bersih di atasnya," kata Basuki di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu (21/10/2015).
"Jadi, kasarnya itu sungai dibikin bak (kolam) ikan di atas sungai. Jadi, bukan membersihkan sungai yang sebenarnya," kata Basuki.
Bahkan, lanjut dia, teknik pembersihan sungai yang sesungguhnya adalah pembersihan Sungai Ciliwung di Masjid Istiqlal. Sungai yang mengalir di sana merupakan proyek percontohan restorasi Sungai Ciliwung hasil kerja sama Korea Selatan dengan Indonesia.
Langkah-langkah restorasi itu dengan perbaikan sungai sepanjang 470 meter secara ekologis, seperti pengerukan lumpur sebanyak 20.000 ton, pemasangan pintu air, perbaikan bantaran sungai dengan menggunakan tanaman, serta pembuatan instalasi pengolahan limbah.
Sementara itu, Sungai Epicentrum hanya menahan air kotor. "Makanya, kalau lagi hujan gede, air kotornya naik lagi. Itu cuma pengembang yang kerjain dan sekadar putar air saja. Kalau mau pengaruh itu, kita mesti pasang pengelolaan air limbah," ucap pria yang biasa disapa Ahok itu.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (Emil) sebelumnya mengklarifikasi foto Sungai Epicentrum di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, yang diklaim netizen sebagai salah satu bukti kesuksesan Basuki menata Jakarta.
Dalam akun Twitter-nya, @ridwankamil, Emil menyebut pengerjaan sungai tersebut merupakan karyanya bersama teman-teman dalam firma untuk proyek Bakrie Land pada tahun 2007.
"Sungai Epicentrum di Rasuna itu hasil desain firma arsitek saya dan kawan-kawan untuk Bakrieland 2007. Beres tahun 2010-an.*Fakta," kicau Emil melalui akunnya.
"Hal tadi untuk meluruskan fakta, sebaiknya biasakan argumentasi dengan fakta. Kasihan Pak Ahoknya. Saya dan beliau bersahabat baik. Sangat baik," kicau dia lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.