Sebab volume sampah yang terlalu besar itu mempersulit proses ekstraksi gas metan.
Direktur Utama PT Navigat Organic Energy Indonesia Agus Nugroho Santoso menyebut saat ini kapasitas dari instalasi listrik dari gas metan yang sudah terbangun di Bantargebang mencapai 14 megawatt. Namun dari kapasitas tersebut, yang dapat diproduksi hanya 2 megawatt.
"Produksi listrik tergantung dari gas metan. Tapi pasokan sampah yang terlalu besar mempersulit gas metannya untuk diekstraksi. Kalau produksinya tidak banyak, maka pendapatannya juga kecil," kata Agus saat rapat dengan Komisi D DPRD DKI, di Gedung DPRD, Kamis (29/10/2015).
PT Navigat Organic Energy Indonesia bekerja sama dengan PT Godang Tua Jaya dalam pengelolaan sampah di TPST Bantargebang (joint operation).
Kedua perusahaan itu bertugas mengolah sampah menjadi energi listrik.
Menurut Agus, volume sampah rata-rata yang mereka terima setiap harinya di Bantargebang mencapai sekitar 5.560 ton. Mereka menyebut jumlah tersebut terlalu besar dan jauh dari jumlah ideal.
"Idealnya sampah masuk cuma 2000-3000 ton. Bantargebang itu harusnya jadi TPST penyangga, bukan utama," ujar dia.
Agus mengatakan kecilnya produksi listrik berdampak terhadap pendapatan yang diterima.
Menurut dia, pendapatan dari penjualan listrik yang saat ini diterima hanya mencapai Rp 18-20 miliar per tahun.
"Tarif listriknya Rp 820 per KwH. Kalau ditung-hitung sebulannya cuma Rp 1,5 miliar. Setahun cuma sekitar Rp 18-20 miliar," tutur Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.