Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalau Ahok Enggak Bisa Bedain Truk dan Truk Sampah, Sini Gue Kasih Tahu"

Kompas.com - 05/11/2015, 11:42 WIB
Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Penghadangan terhadap truk-truk sampah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI sejak Senin (2/11/2015) oleh warga Cileungsi, Kabupaten Bogor, menimbulkan penumpukan sampah di wilayah Ibu Kota Jakarta.

Aksi warga Cileungsi itu dilakukan sebagai bentuk protes atas keberadaan truk-truk sampah yang melintas di Jalur Transyogi sehingga menimbulkan bau tak sedap dan jalan pelintasan menjadi rusak.

Warga Cileungsi sebenarnya sudah melakukan aksi protes sejak tahun 2000-an. Terakhir protes dilayangkan tahun 2014 saat Bupati Bogor mengadakan Boling (Rebo Keliling) di daerah Cileungsi.

Entah mengapa, aksi tersebut pun tak pernah didengar. Sehingga, pada Senin kemarin, ratusan warga bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan tokoh masyarakat melakukan demo besar-besaran penghadangan truk sampah milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemprov DKI.

Saat ditemui Kompas.com, Ketua LSM Pemantau Kinerja Aparatur Negara Romi Sikumbang menjelaskan, setiap warga negara Indonesia mempunyai hak atas jalan itu, bukan hanya pemerintah.

Ia menyebutkan, akibat truk-truk sampah Pemprov DKI yang melintas, daerah Bogor bagian timur menjadi rusak karena tonase dan muatan truk yang berlebih. Aroma tak sedap pun terpaksa harus dinikmati masyarakat di sana.

"Sudah bertahun-tahun masyarakat di sini harus menghirup bau sampah. Jalan di sini juga ikut rusak karena truk-truk itu," ucap Romi, Kamis (5/11/2015).

Romi pun menyarankan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk memperhatikan masalah jam operasional, masalah tonase, dan masalah truk sampah yang layak.

Ahok, sebut dia, harus bisa membedakan mana truk dan mana truk sampah.

"Kalau enggak bisa bedain, biar gue datengin Jakarta, terus gue kasih tahu ke Ahok yang mana truk, mana truk sampah," kata Romi.

Hal senada pun dilontarkan Hamzah Pansuri, warga yang ikut protes menolak truk sampah milik Pemprov DKI yang melintas di daerahnya.

"Kami sangat terganggu oleh truk sampah milik Pemprov DKI Jakarta yang melewati Cileungsi karena bikin jalan cepat rusak dan sampahnya juga menimbulkan bau dan sering berceceran ke jalan," katanya.

Ia menambahkan, seharusnya truk sampah itu tidak melewati ruas Jalan Cileungsi, tetapi Bekasi Barat, yakni rute Tol Cikunir langsung menuju Bekasi Barat sehingga tanpa melintasi kawasan Cileungsi.

Warga juga berharap Gubernur DKI Jakarta segera memerintahkan Suku Dinas Kebersihan dan Pertamanan DKI agar truk sampah Ibu Kota tidak melintasi Bogor.

"Jika tuntutan warga tidak dipenuhi, kami akan melakukan aksi yang lebih besar dan akan menutup akses masuk truk," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Megapolitan
Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Megapolitan
Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com