Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot: Kita "Sakiti" Sungai karena Jiwa Kita Sakit

Kompas.com - 11/11/2015, 13:58 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengikuti peringatan hari jadi Sungai Ciliwung pada hari ini, Rabu (11/11/2015).

Peringatan tersebut dilangsungkan bersama sejumlah komunitas di Condet, Jakarta Timur.

Djarot tiba sekitar pukul 11.00 di lokasi cagar alam milik Komunitas Ciliwung Condet dengan menyusuri Ciliwung terlebih dulu menggunakan perahu karet dan menyeberang dari wilayah Jakarta Selatan yang berseberangan dengan lokasi acara.

Dia sempat memantau lokasi cagar alam tersebut dan menonton sejumlah pertunjukan seni.

Dalam sambutannya, Djarot mengatakan, momentum ini bagus untuk bersama menyelamatkan ekosistem Ciliwung. Menurut dia, lingkungan alam Ciliwung telah rusak.

"Tadi saya sampaikan kenapa kita sakiti mereka (sungai), karena jiwa kita sakit. Kenapa sakit, karena mohon maaf kita serakah. Kita ingin makan semua alam sekitar kali ini hanya demi kepentingan ekonomi. Seakan-akan kita bisa makan 100 tahun," kata Djarot di lokasi acara, Rabu siang.

Djarot menuturkan, menyelesaikan persoalan lingkungan Ciliwung adalah serius. Banyak habitat alam mulai dari flora dan fauna asli Ciliwung yang nyaris punah. Sebut saja salak condet, dukuh condet, dan flora lainnya.

Tak ketinggalan hewan seperti senggawang yang bentuknya menyerupai kura-kura yang diperkirakan sudah langka di Ciliwung.

"Senggawangan kalau masih ada kita bisa lestarikan sehingga anak cucu kita bisa tahu, oh di kali Ciliwung ada binatang yang namanya senggawang," kata Djarot.

Saat mengikuti acara hari jadi Ciliwung ini pun, Djarot mengaku sempat bertanya-tanya mengapa tanggal 11 November ditetapkan sebagai hari jadi salah satu sungai terbesar yang membelah ibu kota itu.

Djarot mengaku mendapat penjelasan bahwa hari jadi Ciliwung mulai ditetapkan sejak tanggal 11 November 2011 silam. Momentum itu bertepatan dengan ditemukan hewan Senggawang yang menyerupai kura-kura pada saat itu di Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Senggawang ditemukan pencari ikan di Ciliwung. Beratnya 140 kilogram dengan panjang 1,5 meter nyaris sebesar meja kerja.

Menurut komunitas alam di sana, hewan ini hanya ditemukan dua kali, yakni jaman penjajahan Belanda 1908 yang kemudian dibawa ke Jerman. Kedua yakni sekitar tahun 1970-an.

"Jadi landasan ini ditetapkan sebagai hari Ciliwung masuk akal," ujar Djarot.

Djarot mengaku mendukung kegiatan yang berkaitan dengan penyelamatan Ciliwung. Menjelang akhir acara, Djarot berkesempatan menanam bibit salak condet dan memantau aktivitas pembersihan kali Ciliwung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com