Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan Saksikan Pencemaran Lingkungan di Teluk Jakarta

Kompas.com - 11/11/2015, 19:51 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah seorang nelayan datang dalam diskusi soal reklamasi di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan menceritakan kondisi lapangan yang sesungguhnya terjadi di Teluk Jakarta.

Nelayan bernama Muhammad Tahir itu mengatakan jika ada pengembang yang bilang nelayan tidak lagi melaut tak jauh dari pantai, itu salah.

Sebab, masih banyak nelayan tradisional yang melaut di laut dangkal dan merasakan langsung dampak pencemaran di sana.

Hal ini disampaikan Tahir untuk menampik klaim pengembang yang menyebut laut di dekat tepi Teluk Jakarta memang sudah rusak dan tidak ada lagi nelayan yang melaut di sana.

Katanya, kebanyakan nelayan sudah melaut di jarak yang lebih jauh.

"Masih ada ribuan nelayan tradisional dari ujung Muara Angke sampai Marunda. Dan sekarang, endapan lumpur dari limbah itu sudah 1,5 meter," ujar Tahir di kantor LBH, Jakarta Pusat, Rabu (11/11/2015).

Tahir mengatakan keterbatasan perahu nelayan tradisional membuat mereka tidak bisa berlayar jauh menghindari bagian laut yang tercemar.

Nelayan yang bisa berlayar dengan jarak jauh biasanya adalah pengusaha besar. Sehingga, sampai saat ini masih banyak nelayan yang mencari ikan di laut tercemar dan merasakan langsung dampak pencemarannya.

"Pas limbah dikeluarkan, laut jadi macam-macam warnanya. Ada merah, kuning, abu-abu. Perusahaan itu gak lihat kalau di situ ada banyak keluarga yang bergantung di sana. Makanya saya katakan limbah industri itu pembunuh masal bagi kami," ujar Tahir.

Reklamasi bukan solusi

Atas semua ini, Tahir mengatakan reklamasi bukanlah solusi dari semuanya. Dia mengharapkan pemerintah justru bisa menindak langsung pengusaha yang membuang limbah industrinya di laut.

Menurut dia, itulah solusi yang sesungguhnya. Bukan malah membangun pulau baru.

"Jangan berdalih reklamasi ini adalah solusi. Kami menolak masalah reklamasi ini karena ada puluhan ribu KK yang hidupnya bergantung di Teluk Jakarta. Sementara pemerintah cuma liat saja ada pencemaran di depan mata," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com