Menurut dia, salah satu permasalahan yang masih belum dapat dituntaskan dengan sempurna selama satu tahun menjabat Gubernur DKI adalah anggaran.
"Misalnya, ambil contoh begini, kami butuh enggak event atau festival di Jakarta? Butuh. Namun, perlu (festival) banget enggak ketika uang enggak cukup? Enggak perlu," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (18/11/2015).
Sebab, lanjut dia, sudah banyak perusahaan swasta yang membuat festival membawa nama Jakarta.
Ia memberi contoh Jakarta Fashion Week dan Jakarta Food and Fashion Festival (JFFF) oleh Summarecon. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI tinggal mendukung penyelenggaraan festival tersebut.
"Nah, kalau begitu lebih penting mana, mengoperasikan puskesmas baru Rp 40 miliar atau duitnya buat bikin festival? Operasikan puskesmas dong," kata Basuki.
Basuki berencana ingin meningkatkan kelas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja menjadi RSUD tipe A Pendidikan. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) juga berencana membuka Fakultas Kedokteran di RSUD Koja.
Dengan demikian, rujukan pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dari puskesmas tidak bisa langsung masuk ke RSUD Koja.
"Berarti kami mesti bangun lagi RSUD tipe B atau tipe C supaya masuk ke sana dulu. Kemudian penting enggak bangun RS di Cakung? Menurut saya juga penting," kata Basuki.
Dalam menyusun anggaran ini, lanjut dia, SKPD belum mengerti skala prioritas. "Kalau misalnya duit kamu enggak cukup, langsung suruh semua SKPD potong 10-20 persen.
Pengertian berbasis kinerja itu bukan sekadar potong-potong uang, tetapi disusun skala prioritasnya. Kalau duit enggak cukup, program prioritas paling bawah, ya dibuang," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.