Sebab, operator penyedia air bersih diprediksi tidak akan mampu mendanai pembangunan saluran air tertutup itu.
"Karena biaya pembuatannnya itu pasti sangat mahal sekali. Harusnya memang dibangun dengan menggunakan APBN (anggaran pendapatan dan belanja daerah)," kata Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio di Yogyakarta, Jumat (20/11/2015).
Menurut Agus, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dapat mengajukan alokasi anggaran pembangunan saluran yang diyakini dapat mencegah tercemarnya air baku itu.
Setelah salurannnya jadi, kata dia, pemerintah dapat menarik retribusi dari perusahaan-perusahaan penyedia air baku yang menjadi penggunanya.
"Kalau perusahaan-perusahaannya itu yang disuruh bangun tidak akan kuat mereka," ujar dia.
Agus menilai, belum adanya saluran tertutup yang mengaliri air baku tersebut menjadi penyebab utama belum terjaminnnnya penyediaan air baku yang 100 persen bersih.
Karena itu, pembagunan saluran air tertutup merupakan hal mendesak yang seharusnya bisa segera dilakukan.
Ia kemudian mengkritisi desakan sejumlah pihak agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutus kontrak dengan operator swasta dalam pengelolaan air.
"Memang kalau PAM yang mengelola dijamin bisa bersih? Selama salurannnya masih seperti yang sekarang, siapapun yang mengelola pasti akan sama. Karena masalah utamanya di sini (saluran yang masih terbuka)," ucap Agus.
Waduk Jatiluhur merupakan salah satu sumber air baku bagi warga Jakarta.
Terdapat sejumlah perusahaan penyedia air baku yang menggantungkan pasokannnya dari waduk yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Kota Jakarta ini.
Namun, sampai saat ini, air baku yang dialirkan dari Waduk Jatiluhur itu disalurkan melalui saluran terbuka.
Kondisi ini dinilai sebagai penyebab utama air baku yang sampai ke konsumen seringkali sudah tidak bersih.
"Saluran terbuka membuat air baku mudah tercemar. Selama saluran airnya terbuka, akan sulit bagi operator memberikan pelayanan optimal ke konsumen," kata Direktur Operasional PT Aetra Air Jakarta Lintong Hutasohit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.