Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanusi: Ahok Tak Perlu Panik karena Diperiksa BPK

Kompas.com - 24/11/2015, 15:30 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kemarin, Senin (23/11/2015), Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama sekitar sembilan jam.

Pemeriksaan itu untuk meminta keterangan Ahok (sapaan Basuki) tentang laporan investigasi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras yang diminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dimintai tanggapan tentang pemeriksaan itu, anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi, berpendapat, pemeriksaan itu tidak perlu disikapi dengan panik ataupun gaduh.

"BPK adalah lembaga negara yang resmi. Pemeriksaan itu juga merupakan bagian dari audit investigasi atas laporan hasil keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jadi, saya kira tidak rasional jika Gubernur sampai marah-marah," kata Sanusi kepada harian Kompas, Selasa (24/11/2015).

Sanusi mengatakan, BPK tidak pada posisi menentukan adanya tersangka atau tidak terkait laporan hasil keuangan tersebut.

BPK, kata Sanusi kepada Kompas, hanya akan menuliskan temuan, seperti  adanya indikasi kerugian negara atau potensi uang negara yang hilang. Aparat hukumlah yang menindaklanjuti temuan BPK tersebut.

"Gubernur tidak perlu panik, apalagi kalau tidak merasa bersalah. Tidak perlu ramai karena itu hanya audit standardisasi administrasi pemerintah karena ada uang negara dipergunakan. Jadi, kenapa harus gaduh?" ujar Sanusi.

Ahok sendiri merasa pemeriksaan BPK tersebut tendensius karena memeriksanya selama sembilan jam secara tertutup.

Menurut dia, ada pihak-pihak yang ingin mencari kelemahannya sehingga pemeriksaannya dilangsungkan tertutup.

"Waktu tanya jawab itu dibuka saja biar publik di Indonesia tahu. Dokter boleh tidak membuka riwayat pasien? Tidak boleh. Kalau pasien yang minta, boleh enggak? Boleh. Penjahat saja kalau minta pengacara dikasih, ini staf saya mau masuk untuk mencari berkas saja tidak boleh. Saya mana tahu berkas segitu banyak?" tutur Basuki.

Pemeriksaan Ahok di BPK kemarin sempat diwarnai peristiwa pelarangan petugas Dinas Komunikasi, Informasi, dan Kehumasan DKI Jakarta untuk merekam proses pemeriksaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Megapolitan
Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com