Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FKUB: Tim Pemenangan Jangan Gunakan Isu Agama

Kompas.com - 27/11/2015, 00:01 WIB


MAKASSAR, KOMPAS.com
--Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan meminta kepada semua tim pemenangan pasangan calon kepala daerah agar tidak menggunakan isu agama sebagai bahan kampanye atau tidak mempolitisasinya.

"Kita semua berharapnya pemilihan kepala daerah di 11 kabupaten ini berjalan lancar dan aman tanpa ada gesekan satu sama lain," ujar Ketua FKUB Makassar Prof Dr Arifuddin Ahmad di Makassar, Rabu.

Dia mengatakan, umumnya para pasangan calon kepala daerah itu tidak terlalu memahami manajemen isu dari para tim pemenangan yang kadang menyentuh semua lini dalam melakukan kampanye.

Salah satu kampanye hitam (black campaign) yang terjadi di Kabupaten Luwu Utara (Lutra) adalah adanya isu calon bupati Arifin Junaedi yang diisukan akan berpindah agama.

"Jangan menggunakan isu agama dalam kampanye karena dampaknya sangat besar. Ini bisa memicu konflik karena agama sudah dihubung-hubungkan dalam pilkada," jelasnya.

Arifuddin Ahmad yang juga guru besar Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) itu mengaku jika umat Islam dan Kristen di Luwu Utara, jumlahnya cukup berimbang. Karenanya, dia meminta agar tidak merusak toleransi di Lutra.

"Penduduk di tanah Luwu itu antara orang yang beragama islam dan kristen cukup berimbang. Jangan menyalakan sumbu dan menyiram minyak karena dampaknya bisa besar," sebutnya.

Hal serupa diungkapkan pengamat dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Muh Darwis menyebutkan jika isu agama yang dilemparkan itu adalah bagian dari proses meraih simpati dan dukungan.

"Perlu dipahami, ini black campaign adalah mainan dari tim pemenangan paslon. Jadi black campaign atau permainan isu sengaja dilemparkan untuk merusak jumlah dukungan paslon yang dianggap berpotensi menang," katanya.

Dosen Sosiologi Unhas itu mengaku jika kemasan isu yang dilemparkan kepada pasangan calon tertentu itu seperti dua mata pedang yang bisa menguntungkan dan bahkan sebaliknya bisa merugikan bagi pasangan calon tertentu.

"Jadi ini manajemen isu yang dilemparkan tim pemenangan bisa menguntungkan dan bisa merugikan. Kalau tidak punya langkah-langkah mengantisipasinya bisa jadi boomerang," ujarnya.

Dia menyebutkan, kampanye hitam yang ditujukan kepada Arifuddin Junaedi bisa saja dibuat oleh tim pemenangannya dan bahkan sebaliknya bisa dilemparkan oleh tim pemenangan lainnya.

Dicontohkannya, jika kampanye hitam dilemparkan oleh tim pemenangan paslon A dan kampanye hitam itu justru dimanfaatkan dengan baik oleh tim pemenangan paslon B, maka yang diuntungkan adalah orang yang dilemparkan isu tersebut.

"Umumnya tim pemenangan adalah orang-orang yang ahli memainkan isu dan wacana. Jika ada tim pemenangan yang mampu mengcounter dan mengolahnya sedemikian rupa, maka bukan tidak mungkin akan menjadi berkah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Stasiun di Jakarta yang Layani Pembatalan Tiket Kereta Api

Daftar Stasiun di Jakarta yang Layani Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Kasus Ibu di Tangsel Lecehkan Anaknya, Keluarga Suami Mengaku Dapat Ancaman

Kasus Ibu di Tangsel Lecehkan Anaknya, Keluarga Suami Mengaku Dapat Ancaman

Megapolitan
Sepakat Damai, Eks Warga Kampung Bayam Bersedia Direlokasi ke Rusun Nagrak

Sepakat Damai, Eks Warga Kampung Bayam Bersedia Direlokasi ke Rusun Nagrak

Megapolitan
Tiga Pemuda Jadi Tersangka Pembacokan Polisi di Kembangan

Tiga Pemuda Jadi Tersangka Pembacokan Polisi di Kembangan

Megapolitan
Jadwal Konser Musik Jakarta Fair 2024

Jadwal Konser Musik Jakarta Fair 2024

Megapolitan
Puluhan Warga di Bogor Diduga Keracunan, 1 Orang Meninggal Dunia

Puluhan Warga di Bogor Diduga Keracunan, 1 Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Tangkap 5 Tersangka Pemalsu Dollar AS, Satu Pelaku WNA

Polisi Tangkap 5 Tersangka Pemalsu Dollar AS, Satu Pelaku WNA

Megapolitan
Deklarasi Jadi Cawalkot Depok, Supian Suri Ingin Berikan Kebijakan yang Baik untuk Warga

Deklarasi Jadi Cawalkot Depok, Supian Suri Ingin Berikan Kebijakan yang Baik untuk Warga

Megapolitan
Mediasi Berhasil, Eks Warga Kampung Bayam dan Jakpro Sepakat Berdamai

Mediasi Berhasil, Eks Warga Kampung Bayam dan Jakpro Sepakat Berdamai

Megapolitan
Polisi Minta Video Ibu Cabuli Anak Tak Disebar Lagi, Penyebar Bisa Kena UU ITE

Polisi Minta Video Ibu Cabuli Anak Tak Disebar Lagi, Penyebar Bisa Kena UU ITE

Megapolitan
Kronologi Polisi Dibacok Saat Bubarkan Remaja yang Hendak Tawuran

Kronologi Polisi Dibacok Saat Bubarkan Remaja yang Hendak Tawuran

Megapolitan
Panitia HUT Ke-79 RI Siapkan 2 Skenario, Heru Budi: Di Jakarta dan IKN

Panitia HUT Ke-79 RI Siapkan 2 Skenario, Heru Budi: Di Jakarta dan IKN

Megapolitan
Berkenalan Lewat Aplikasi Kencan, Seorang Wanita di Jaksel Jadi Korban Penipuan Rp 107 Juta

Berkenalan Lewat Aplikasi Kencan, Seorang Wanita di Jaksel Jadi Korban Penipuan Rp 107 Juta

Megapolitan
Deklarasi Maju Sebagai Cawalkot, Supian Suri Cuti dari Sekda Depok

Deklarasi Maju Sebagai Cawalkot, Supian Suri Cuti dari Sekda Depok

Megapolitan
Kondisi Terkini Anak Korban Pencabulan Ibu Kandung, Biddokkes Polda Metro: Psikologis Nampaknya Normal

Kondisi Terkini Anak Korban Pencabulan Ibu Kandung, Biddokkes Polda Metro: Psikologis Nampaknya Normal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com