Gaffar bercerita saat terjadi unjuk rasa yang berujung bentrok dirinya berada di dekat Bundaran HI. Jaraknya dengan massa cukup jauh.
"Saya saat itu gak lari. Saya tetap (di situ). Karena saya pikir cuma nonton. Terus saya lihat massa yang bentrok sama polisi, saya diam dan gak lari," kata Gaffar kepada Kompas.com di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa.
Gaffar enggan lari karena khawatir lebih bahaya. Saat sedang melihat bentrokan, mata Gaffar terkena gas air mata.
Pria yang baru tinggal satu bulan di Jakarta tersebut berusaha menghilangkan perih gas air mata. Ia sedikit menunduk untuk mengusap matanya.
"Saya nunduk supaya gosok. Eh saya langsung dikasih digebukin. Digebukin. Ini tonjol (meunjuk memar di pipi) ini. Kepala saya dipukul sama rotan," tambah Gaffar.
Tak dengar imbauan
Gaffar mengaku tak mendengar perintah polisi untuk menjauhi tempat kerumunan massa AMP. Ia tetap berdiam diri. Setelah dipukul oleh oknum polisi, Gaffar langsung dibawa ke Pos Polisi Bundaran HI.
"Setelah dipukul saya dipukul kayak orang mati. Itu sama teman-teman Sabhara, kayak kriminal. Terus saya dibawa ke Pos HI," kata Gaffar.
"Sampai di dalam situ ditendang terus. Saya omong benar, 'ada apa ini, saya gak melakukan apa-apa. Cuma duduk-duduk. Diam-diam'. Terus sampai saya nangis," kata Gaffar.