Siswa SMP Islam Terpadu (SMPIT) Darussalam Cibitung, Bekasi, itu meninggal saat mengikuti kegiatan outbound sekolah bersama 189 temannya yang masih duduk di kelas 1 dan 2 SMP.
"Total murid yang ikut ada 190 orang. Ini kegiatan rutin sekolah. Kemarin itu kita baru datang, harusnya hari ini ada acara snorkling, kemarin pengenalan air dulu," kata Kepala SMPIT Darussalam Cibitung, Luthfi Fauzi, kepada Kompas.com di Puskesmas Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Rabu (6/1/2016) pagi.
Luthfi menjelaskan, kegiatan pengenalan air melibatkan siswa dengan masuk dan berkeliling di sebuah area persis pinggir pantai yang dibatasi oleh sebuah jembatan.
Satu per satu siswa diajak oleh guru pendamping berkeliling menyusuri area itu yang berkedalaman kurang lebih 2 meter. Setiap siswa mengenakan pelampung sebelum turun ke air.
Ada sekitar 30 guru yang mengawasi ratusan siswa saat turun ke air, dengan menyebar di berbagai titik.
Ada yang berjaga di dalam air, ada yang berkeliling menggunakan kano, ada juga yang memantau dari pantai sepanjang kegiatan berlangsung.
Semua berjalan lancar hingga saat kegiatan pengenalan air hampir selesai.
Siswa yang sudah mendapat giliran berkeliling di air diberi waktu bebas untuk bermain. Ada yang ke pantai bermain bola, ada juga yang bermain air di dekat pantai bersama teman-temannya.
Pada saat ini pula, beberapa siswa melepas pelampungnya meski masih berada di dalam air.
"Tiba-tiba ada satu anak yang tenggelam, namanya Reffi (12), dia masih pakai pelampung. Guru-guru langsung bawa dia ke darat karena pingsan. Pas sadar, dia cerita, ada yang narik kakinya. Enggak tahu ada yang iseng atau bagaimana, tapi saya langsung minta semua murid keluar dari air," tutur Luthfi.
Setelah semua siswa diarahkan kembali ke daratan, guru-guru pendamping mengabsen satu per satu.
Belum selesai mengabsen para siswa, ada satu anak yang diketahui belum kembali ke daratan. Guru di sana langsung memeriksa ke penginapan, namun tidak juga ditemukan.
Satu anak yang hilang itu baru ditemui dalam kondisi sudah mengambang di area tempat siswa-siswa mengikuti kegiatan pengenalan air.
"Pas ketemu, pelampungnya sudah lepas. Enggak tahu dicopot atau terlepas. Langsung kita bawa, kasih nafas buatan, kita usahakan yang sebaiknya," ujar Luthfi.
Hilman belum bisa dirawat di Pulau Kotok dikarenakan fasilitas kesehatan di sana yang belum memadai. Hilman yang sudah tampak lemas pun dibawa ke Pulau Kelapa untuk dirawat.
Namun, dalam perjalanannya menggunakan kapal yang hampir satu jam lamanya, nyawa Hilman tidak tertolong.
Dokter di Puskesmas Pulau Kelapa yang memeriksa Hilman ikut memastikan kalau bocah tersebut sudah meninggal dunia.
Jenazah Hilman masih disemayamkan di Puskesmas Pulau Kelapa sampai pagi ini. Pihak keluarga sudah diberi tahu oleh pihak sekolah tentang apa yang terjadi terhadap Hilman.
Rencananya, siang ini, jenazah Hilman akan dibawa langsung ke rumah keluarganya yang ada di Bekasi, Jawa Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.