Acara ini merupakan puncak kegiatan lomba mencari durian Bogor terunggul yang akan dikembangkan dengan tujuan kedaulatan pangan dan kesejahteraan rakyat pembudidaya.
Ada 34 peserta lomba durian yang buahnya diambil dari kebun di Bogor Selatan (Kota Bogor), Caringin, Ciawi, Cijeruk, dan Cigombong (Kabupaten Bogor).
Lima durian terunggul berdasarkan penilaian tim juri independen ialah durian Si Kempis asal Rancamaya, Bogor Selatan; durian Lengkeng asal Caringin; durian Si Pandan asal Rancamaya; durian Si Pelit asal Ciawi; dan durian Jamain asal Cimande Hilir, Caringin.
Pohon durian Jamain bahkan sudah berusia 100 tahun dan terancam ditebang karena lahan kebunnya akan terkena proyek Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi. Pohon durian lainnya berusia di atas 50 tahun.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dan Bupati Bogor Nurhayanti memahami, durian bisa menjadi salah satu buah ikonik daerah.
Tetapi, di Kota Bogor saat ini kebun durian yang tersisa mungkin tak sampai 100 hektar. Itu pun tersebar di pekarangan rumah warga atau di antara tanaman kebun warga Rancamaya (durian Mas) dan di Cimahpar, Bogor Utara (durian Matahari).
Kondisi serupa dialami Kabupaten Bogor meski kawasan tanaman durian saat ini masih mencapai 600 hektar.
Bogor sejak 1960 dikenal sebagai sentra durian unggul, khususnya di Rancamaya. Durian Mas bahkan ditetapkan sebagai produk unggulan oleh Kementerian Pertanian pada 1984.
Itu jauh sebelum pasar durian babak belur oleh serbuan durian dari Thailand, Malaysia, dan Filipina. "Sangat disayangkan jika durian lokal tidak bisa merajai rumah sendiri," kata Mohamad Reza Tirtawinata dari Yayasan Durian Nusantara.
Keterbatasan lahan
Keterbatasan lahan budidaya durian di Bogor apalagi pembangunan fisik yang pesat, kata Reza, mempercepat kepunahan durian.
Padahal, buah ini sering dianggap raja di antara seluruh jenis buah dan dikenal lebih dari 1.200 tahun lalu oleh peradaban masyarakat Nusantara.
Buktinya, ujar Reza, salah satu relief di kaki Candi Borobudur memuat relief pohon durian di antara relief putri.