JAKARTA, KOMPAS.com - Ada dua kelompok yang selama ini dikenal menguasai dan memiliki pengaruh kuat di kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara. Dua kelompok ini adalah kelompok Bugis dan Mandar.
Dalam bukunya, Geger Kalijodo, Krishna Murti, yang kini dikenal sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dengan pangkat Komisaris Besar, menuturkan, walaupun sama-sama berasal dari Sulawesi Selatan, kelompok Bugis dan Mandar memiliki latar belakang kultural yang berbeda.
"Mereka mempunyai kepercayaan dan keyakinan agama serta politik yang tak seragam," kata Krishna.
Menurut Krishna, perbedaan itu tidak lepas dari ikatan kekerabatan dan kelompok keluarga masing-masing. Krishna menilai perbedaan sosio kultural ini masih mereka bawa saat sudah berada di perantauan, dalam hal ini Jakarta.
"Seperti perantau dari daerah lain, Jakarta juga menjadi tenpat hidup mereka yang kedua, setelah tanah kelahiran," ujar Krishna. (Baca: Cerita Krishna Murti tentang Lima "Mafia" Kalijodo)
Krishna menyebut dalam sejarahnya, kelompok Bugis dan Mandar tidak memiliki akar konflik. Namun, situasi tersebut tak terjadi saat keduanya berada di tanah perantauan.
Menurut Krishna, di Kalijodo, persaingan hidup dan tuntutan untuk tetap eksis membuat kelompok Bugis dan Mandar harus bersaing untuk dapat memperebutkan sumber daya kehidupan.
Krishna mengatakan perjudian memicu kelompok Bugis dan Mandar untuk saling bertarung.
"Mereka inilah jagoan-jagoan yang berkuasa atas lahan-lahan kosong di bantaran Kanal Banjir Barat maupun Kali Angke yang mereka bangun sebagai lapak judi," tutur Krishna.
*Tulisan ini diambil dari buku karya Krishna Murti yang berjudul "Geger Kalijodo".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.